Seribu Tumpeng Warnai Prosesi Wilujengan Wiwit Mbako

TEMANGGUNG[Berlianmedia] – Seribu tumpeng dan ingkung ayam mewarnai prosesi wilujengan wiwit mbako dan panen kopi, yang digelar meriah di Alun-alun Temanggung, Minggu (21/8).

Acara itu merupakan rangkaian kegiatan Festival Wiwit Mbako Panen Kopi yang diadakan Pemkab Temanggung dari 19- 21 Agustus 2022, yang menampilkan pentas seni tradisi, bazar UMKM dan stand kopi.

Seribu tumpeng dan ingkung ayam tersebut dibawa masyarakat dari desa-desa se-Kabupaten Temanggung, disediakan pula 1.000 cup kopi gratis. Masyarakat, petani, budayawan, dan tamu undangan, tumpah ruah berdoa dan makan bersama mengikuti prosesi Wilujengan Wiwit Mbako Panen Kopi.

Bupati Temanggung HM Al Khadziq mengatakan Slametan Wiwit Mbako Panen Kopi itu diharapkan bisa mendatangkan rezeki yang banyak bagi petani tembakau dan kopi, serta masyarakat Temanggung.

“Masyarakat dan petani berharap tembakau harganya mahal, kopi harganya mahal, sehingga ekonomi masyarakat bisa berjalan baik. Sudah menjadi tradisi bagi masyarakat Temanggung melakukan slametan wiwit tembakau dan slametan wiwit kopi. Oleh Pemkab Temanggung disatukan menjadi slametan wiwit tembakau panen kopi,” ujar bupati.

Dia menambahkan, agar pabrikan menyerap dan membeli tembakau dengan harga yang pantas, Pemkab Temanggung meminta petani dan perajang, untuk menjaga kualitas tembakau Temanggung.

“Pemkab Temanggung terus melakukan komunikasi dengan pihak petani, pihak pedagang, dan pihak pabrikan. Kita berharap, petaninya mendapatkan untung, pedagangnya dapat untung, pabrikan juga dapat untung, sehingga pertembakauan ini bisa menguntungkan semua pihak. Demikian pula kepada petani kopi, kita juga selalu menyerukan jaga selalu kualitas kopi Temanggung, petik dan pengolahannya juga dengan standar kualitas kopi,” tuturnya.

Sementara itu, Ketua DPRD Temanggung Yunianto menuturkan, acara doa bersama ini merupakan harmonisasi antara manusia, alam, dan dengan Allah SWT Tuhan Yang Maha Kuasa.

“Kami mengapresiasi sebagai insan Jawa, wiwit ini merupakan budaya tradisional adat istiadat yang sudah dicontohkan para leluhur nenek moyang kita, sebagai wujud harmonisasi antarmanusia dengan alam, namun ini semua adalah media untuk berdoa kepada Tuhan Yang Maha Kuasa,” ujarnya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *