Kilas Balik Sejarah Terbentuknya Rangkul yang Mewadahi Keluhan UMKM Ngaliyan
SEMARANG [Berlianmedia]- Empat tahun sudah RaNgKul, komunitas Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) terbentuk, namun tidak banyak orang tahu bagaimanakah sejarah awal terbentuknya komunitas ini.
Komunitas UMKM RaNgKul, yang sekarang berganti nama menjadi Rakyat Semarang Kuliner, sebenarnya berawal dari nama kepanjangan Rakyat Ngaliyan Kuliner, yang diinisiasi oleh salah satu pendirinya, yaitu Lutfhi Nurul Aini pada bulan Agustus 2020 di warung Poci Ceria, Pujasera Yu Tomblok, Kecamatan Ngaliyan, Kota Semarang.
“Ya berawal dari komunitas teman-teman dekat ya, Saya usulkan nama RaNgKul, kepanjangannya Rakyat Ngaliyan Kuliner. Kenapa Saya usulkan RaNgKul, karena RaNgKul melambangkan kebersamaan kita, jadi sebuah ungkapan kedekatan yang dilambangkan, yang dilakukan dengan melingkarkan salah satu lengan pada pundak, tubuh atau pinggang sambil memepetkan badannya. Dan itu disetujui oleh teman-teman pendiri, yang jumlahnya ada 10 orang pendiri berkumpul saat itu,” ungkapnya.
BACA JUGA : Banyak Warga Ikuti Rangkul Festival 2024 di Lapangan Ngaliyan Semarang
Dijelaskan pula, sepuluh teman tersebut adalah Lutfhi sendiri dengan Kuliner Dapur Mami, kemudian Hendrik kuliner Ayam Klomoh, Catur kuliner Poci Ceria, Febri kuliner Sate Kelinci, Dedy kuliner Katering Aduangku, Yatno kuliner Don Brengos, Bastian kuliner Kakap Tali Roso, Fifi kuliner Jamu, Satrio kuliner Gule Bustaman, Reza kuliner Mie Singapur.
Kemudian, setelah melalui beberapa rapat untuk mencapai kesepakatan, maka dikukuhkanlah pada tanggal 10 Oktober 2020, sebagai Hari Ulang Tahun RaNgKul, yang pada saat itu dikukuhkan pula oleh Wakil Wali Kota Semarang Hevearita Gunaryanti Rahayu.
“RaNgKul itu didirikan sebenarnya untuk menjawab keresahan para pedagang, yang terbebani dengan kondisi Pandemi Covid 19, yang jam penjualannya terbatas, hanya jam 8 malam. Makanya agar semua bisa berjalan, kita bantu anggota dengan sistem Jum’at berkah. Jadi tiap hari Jum’at kita pesankan nasi kotak ke anggota dan dibagikan ke masyarakat maupun ke panti asuhan panti asuhan,” papar pemilik Dapur Mami itu.
Jadi, lanjutnya, sistem itu sangat membantu para anggota di tengah keresahan menghadapi Pandemi Covid 19, karena secara bergiliran para anggota mendapatkan pesanan, yang dananya diperoleh dari para donatur, baik dari para anggota maupun donatur di luar anggota RaNgKul.
Pesanan Hingga 100 Dus
Sistem Jum’at berkah tersebut dibenarkan oleh Hendrik kuliner Ayam Klomoh, yang juga salah satu pendiri RaNgKul, yang menyatakan sangat membantu anggota dalam menghadapi Pandemi Covid 19 saat itu.
“Ya pesanan nasi kotak ke anggota RaNgKul itu hingga 100 kotak Dus, kadang juga bisa lebih. Rata-rata satu dus nasi dihargai Rp 10 ribu. Tapi itu benar-benar sangat membantu anggota. Kalau pengumpulan dana untuk membeli nasi dari anggota itu kita bersama-sama mencari donatur, ya sebagian dari anggota dan luar anggota RaNgKul,” terang Hendrik.
Namun, imbuhnya, keguyuban itu dinodai dengan politik praktis, dengan dimasukkannya salah satu calon legislatif yang berasal dari salah satu partai Islam dan mengaku-ngaku menjadi salah satu pendiri RaNgKul, yang sebenarnya komunitas UMKM tidak perlu terlalu intens memihak kepada salah satu partai.
“Karena keuntungan untuk RaNgKul sebagai komunitas UMKM, tidak jelas seperti apa ya. Tapi ga tahu kalau untuk salah satu pendiri yang memasukkan orang partai itu ya. Makanya dengan kejadian tersebut, kami sebagian besar pendiri mengundurkan diri. Dengan mundurnya sebagian pendirinya, maka untuk kepentingan politik praktis pengurus sekarang, maka RaNgKul diperluas keanggotaannya dan dirubah namanya seperti sekarang ini,” terang Hendrik.
Dengan kondisi seperti itu menyebabkan kekecewaan para pendiri dan beberapa anggota RaNgKul lainnya, sehingga memilih mundur untuk menghindari perdebatan dan pertengkaran yang tidak perlu.
“Padahal sesuai nama dan artinya, sesuai yang diusulkan oleh Lutfhi Dapur Mami, sangat mendalam dan penuh makna, tapi disayangkan malah seperti itu jadinya. Sehingga pengelolaan organisasi tidak seperti awal didirikan dan sebenarnya banyak keluhan dari para pedagang. Seperti halnya bazar yang diadakan di lapangan Ngaliyan kemarin, per lapak dimintai uang Rp 200 ribu selama 2 hari, dengan fasilitas hanya satu lampu penerangan tanpa tambahan apapun,” pungkasnya.