Santri Harus Sakti. Santri Kudu Jadug

BATANG[Berlianmedia] –  Santri haruslah menjadi seorang yang sakti. Yang kuat, berilmu dan pemberani. Tidak lemah, tidak cengeng dan tidak mudah kalah. Pantang menyerah. Maka santri kudu jadug. Kudu punya kemampuan pencak silat, yang di dalamnya ada olah raga, olah jiwa, dilambari puasa dan doa-doa.

Demikian disampaikan Pengasuh Pondok Pesantren Darul Ulum Desa Tragung Kecamatan Kandeman Kabupaten Batang Kyai Zainul Iroqi, dalam acara pembukaan Kejuaraan Pencak Silat Daerah (Kejurda) IX P Pagar Nusa Jawa Tengah di aula pesantrennya, Jum’at, (24/1).

Kyai Iroqi mengatakan, sejak jaman dulu, santri adalah para pesilat. Para kyai adalah orang-orang ampuh nan sakti. Karena mereka semua adalah pejuang. Peranan santri memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan jelas tidak bisa diingkari.

Identitas santri sebagai orang sakti itu terus dipertahankan dengan melestarikan pencak silat. Lalu pencak silat santri ini diwadahi oleh Pagar Nusa, dengan status sebagai badan otonom resmi  jam’iyyah Nahdlatul Ulama.

“Santri itu identik sakti. Itu dijaga melalui tradisi Pencak Silat. Maka sudah sepatutnya Pagar Nusa ada di setiap pesantren. Agar jangan sampai santri meninggalkan pencak silat,” tutur Kyai Iroqi yang memimpin Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Batang ini.

Lebih lanjut Pengurus Rabithah Maahid Islamiyah PWNU Jateng ini menandaskan, di pesantren Darul Ulum yang dia dirikan tahun 2005 itu, pencak silat Pagar Nusa adalah pelajaran wajib. Masuk dalam kurikulum yang diikuti seluruh santri. Bukan sekedar kegiatan ekstra kurikuler.

“Di pesantren Darul Ulum ini, pencak silat Pagar Nusa adalah pelajaran wajib dalam pelajaran olahraga. Bukan kegiatan ekskul. Ibaratnya, Pagar Nusa itu permasiruri, bukan istri siri,” tuturnya dengan nada canda, yang disahut tawa riuh hadirin.

Kyai lulusan Maroko yang didapuk jadi Rais Syuriyah MWC NU Kacamatan Kandeman, Batang, ini menitip harapan, Pagar Nusa Jawa Tengah, dan khususnya Pagar Nusa Batang, harus benar-benar serius membina para santrinya agar menjadi pesilat yang tangguh, yang sakti sekaligus berprestasi.

“Harap gladi para santri kami secara sungguh-sungguh. Lakukan pengisian ruhani dan jasmani mereka. Saya sendiri juga waktu muda dulu nyantri di Kyai Sahal Mahfud, sering sembunyi-sembunyi mencari ilmu hikmah,” ungkap dia.

Dia sampaikan, idola kesaktian santri adalah Gus Maksum (KH Ma’shum Jauhari, Kediri). Sampai kini, kata Kyai Iroqi, belum ada sosok sakti yang seperti Gus Maksum. Maka Pagar Nusa perlu menggladi para pendekar agar bisa melahirkan sosok sakti seperti sang pendiri Pagar Nusa tersebut.(Ichwan)

 

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *