Mendoan-Purwokerto (Banyumas)
Catatan ringan, Pudjo R. Risan
Dari Timlo Solo, terbang ke Purwokerto, Banyumas, menemui Mendoan. Konon, mendoan sudah ada sejak lebih dari satu abad lalu. Munculnya bersamaan dengan adanya tempe. Kedelai, sebagai bahan baku tempe, banyak tumbuh di Cina dan Indocina kemudian menyebar sampai ke Indonesia. Tempe mendoan telah menjadi komoditas dan dikelola secara komersil di Banyumas sejak 1960-an.
Dari mana asal makanan mendoan?
Sejarah Tempe Mendoan, asal-usul makanan khas Purwokerto, Banyumas, jadi warisan budaya tak benda Indonesia. Tempe mendoan atau yang lebih dikenal dengan mendoan adalah salah satu makanan khas kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah.
Kenapa namanya mendoan?
Kata “mendoan” dianggap berasal dari Bahasa Banyumasan, yaitu mendo yang berarti setengah matang atau lembek. “Mendoan” yang artinya “memasak dengan minyak panas yang banyak dengan cepat-cepat sehingga masakan tidak benar-benar matang. Bahan makanan yang paling sering dibuat menjadi Mendoan adalah tempe, bisa juga tahu.
Apa ciri khas tempe mendoan?
Bentuk tempe mendoan, yakni tipis dan dibalur dengan adonan tepung digoreng setengah matang, hingga diberi potongan daun bawang yang dicampurkan ke adonan tepungnya dan rasa tempe mendoan memiliki rasa gurih dan lezat.
Apakah tempe mendoan merupakan makanan tradisional?
Anda yang berasal dari daerah Jawa Tengah sudah pasti tidak asing dengan makanan tradisional dari olahan tempe yang satu ini. Tempe Mendoan ini sangat terkenal tak hanya di Jawa Tengah namun juga hampir di seluruh Jawa, tak heran jika tepung untuk membuat tempe mendoan ini diracik secara khusus.
Mendoan Khas Banyumas (eks Karesidenan Banyumas) yang Ditetapkan sebagai salah satu Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021. Seperti diketahui melalui informasi yang disajikan melalui kebudayaan kemdikbud.go.id, sidang Penetapan Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2021 menghasilkan rekomendasi sebanyak 289 karya budaya menjadi Warisan Budaya Takbenda Indonesia tahun 2021 dari 28 provinsi.
Sambil melahap Mendoan, ditemani secangkir Kopi Pahit, lengkap dengan cabai rawit, kalau di Banyumas lebih dikenal ‘lombok cengis’ atau sambel kecap dengan ‘lombok galak’, membaca berita “Cangkruk Bareng Jokowi di Gubuk, Petani Mangga Gresik Sambat Susah Jualan”
Presiden Joko Widodo meresmikan Food Estate berbasis mangga di Kecamatan Panceng, Gresik. Jokowi lalu menyempatkan diri mengajak para petani mangga cangkruk atau nongkrong di sebuah gubug berukuran sekitar 5×3 meter. Di sana, para petani mencurahkan unek-uneknya kepada Jokowi.
“Kita ini kesusahan di pemasarannya. pak. Tolong bantu pak, biar bisa jualan,” kata salah satu petani, Sudono kepada Jokowi, Senin (22/8/2022).
Dalam sekali panen, para petani biasanya memanen 2 sampai 3 ton mangga. Untuk harga mangga terbaik atau Grade A, dihargai Rp 30 ribu per kilogram di luar musim panen mangga.
Usai menerima keluhan para petani, Jokowi berjanji akan berusaha mendatangkan pembeli yang bisa memberikan harga tinggi. Selain itu, Jokowi juga akan mendorong ekspor mangga ke sejumlah negara di dunia. Dia mengatakan, permintaan ekspor dari beberapa negara cukup banyak.
“Karena permintaan mangga untuk ekspor itu sekarang masih kurang. Kita akan menawarkan untuk beberapa negara di Timur Tengah, Cina, Jepang, ke Eropa, saya rasa akan banyak permintaan,” kata Jokowi kepada para petani.
Salam dari Semarang, salam dari Mendoan dan Lombok Cengis. (004). (ag)