Bentuk Protes Susu Import Peternak Sapi Perah Boyolali Mandi Susu Murni Senilai Rp 400 Juta
BOYOLALI [Berlianmedia]- Sebagai bentuk protes atas kebijakan pemerintah, dengan dibukanya kran import susu, sejumlah peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali melakukan unjuk rasa besar-besaran, dengan mandi susu murni sebanyak 50 liter atau senilai Rp 400 juta, di Monumen Susu Tumpah, Kabupaten Boyolali.
Unjuk rasa para peternak sapi perah di Kabupaten Boyolali itu dilakukan, karena kebijakan import susu mengakibatkan sulitnya penyerapan susu lokal oleh industri pengolahan susu (IPS), sehingga berdampak pada menurunnya penghasilan peternak sapi perah.
Unjuk rasa dilakukan tidak hanya oleh para peternak susu, namun juga para agen dan pengepul susu murni, yang mulai dari depan Kantor Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Boyolali, kemudian konvoi menuju Monumen Susu Tumpah, tempat mereka mandi susu dan membagikan susu kepada masyarakat secara gratis. bahkan sebagian susu murni juga dibuang ke tempat sampah, ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Winong, Kabupaten Boyolali.
Sriyono Bonggol, Koordinator lapangan aksi unjuk rasa menyatakan, bahwa aksi itu merupakan bentuk kekecewaan atas pembatasan kuota penyerapan susu lokal oleh pabrik.
Sebab, dari total 140 ribu liter produksi susu di Boyolali, sekitar 30 ribu liter tidak terserap setiap harinya.
“Pabrik yang biasanya membeli susu kini membatasi kuota dengan alasan perbaikan mesin, namun peternak menduga hal ini berkaitan dengan peningkatan impor susu,” tandasnya, Sabtu (9/11).
Kondisi ini ironi, lanjutnya, karena produksi susu lokal di Indonesia hanya memenuhi 20% dari kebutuhan nasional, namun pabrik tetap membatasi penyerapan susu lokal.
“Harusnya, produksi lokal kita yang baru 20 persen dari kebutuhan bisa terserap semua,” ujar Sriyono, yang juga pengurus Koperasi Unit Desa (KUD) Mojosongo, Boyolali.
Sugianto, salah satu pelopor susu dari Desa Sruni, Kecamatan Musuk, juga mengungkapkan kerugian besar akibat pembatasan kuota oleh IPS. Selama dua minggu terakhir, ia harus membuang sekitar 33 ton susu segar.
“Alasan perbaikan mesin IPS tidak bisa diterima oleh peternak, yang merasa dirugikan akibat kebijakan impor susu yang dianggap tak terkendali,” tandasnya.
Para peternak berharap, imbuh Sugiyanto, pemerintah segera menutup keran impor susu, agar susu produksi dalam negeri dapat terserap sepenuhnya. Mereka mengaku, siap memenuhi kebutuhan nasional meskipun kapasitas produksi belum optimal.
“Aksi ini menjadi bentuk nyata keprihatinan peternak atas kondisi industri susu di Indonesia yang semakin memperberat beban mereka,” ungkapnya.