Patirtan Cabean Kunti Jadi Pusat Konservasi Mata Air

BOYOLALI[Berlianmedia] – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo meminta seluruh daerah mencari sumber mata air yang pernah ada dan meniru langkah Patirtan Cabean Kunti untuk mengkonservasi atau menciptakan sumber mata air baru.

Setelah 12 tahun ditetapkan sebagai cagar budaya,  lanjutnya, Patirtan Cabean Kunti yang terletak di Desa Cabean Kunti, Kecamatan Cepogo, Kabupaten Boyolali diproyeksikan menjadi Pusat Konservasi Sumber Mata Air.

“Ini sebenarnya bagus, mata airnya bagus, hutan sekitarnya juga bagus. Maka kami siapkan penataan kawasan karena ide dari desanya sudah bagus, untuk mengkonservasi seluruh mata air yang masih ada. Nah sekarang kita ciptakan mata air baru dengan cara mengkonservasi dan menanam,” ujarnya seusai mengunjungi Patirtan Cabean Kunti, Kamis (4/8).

Dia menyarankan agar pemerintah desa bekerja sama dengan kampus, pemerintah daerah, dan DPRD, untuk menata kawasan tersebut dengan memanfaatkan sumber mata air yang ada, di situs yang diperkirakan sudah ada sejak abad VIII-X itu menjadi destinasi wisata.

“Semuanya nyengkuyung agar ditata sehingga bisa menjadi desa wisata karena situsnya bagus. Sehingga nanti ada sejarawan yang bisa menceritakan, bisa memanfaatkan air dengan baik, penataan kawasan baik, sehingga nanti orang akan datang ke sini,”  tuturnya.

Berdasarkan keterangan tertulis di tempat itu, Patirtan Cabean Kunti terdiri atas tujuh sendang. Ketujuh sendang itu adalah Sendang Jangkang, Sendang Sidotopo, Sendang Lerep atau Palerepan, Sendang Kunti Lanang, Sendang Panguripan, Sendang Kunti Wadon, dan Sendang Semboja. Oleh masyarakat sekitar kawasan Patirtan Cabean Kunti juga disebut sebagai Sendang Pitu.

Temuan relief yang terdapat di Sendang Lerep merupakan tantri atau cerita binatang berisi ajaran moral agama Buddha dan fungsi dari Patirtan Cabean Kunti sebagai bangunan suci. Diperkirakan dibangun oleh tokoh bangsawan yang mengasingkan diri atau pertapa yang ingin mencapai moksa.

“Mudah-mudahan dalam jangka pendek penataannya akan segera dilakukan. Minimal desainnya dulu. Menanamnya segera dimulai, nanti soal fisiknya bisa sambil berjalan dan bertahap,” ujar Ganjar.

Dia menambahkan, gerakan seperti yang dilakukan oleh masyarakat Desa Cabean Kunti bisa dicontoh oleh desa lainnya. Ia ingin setiap desa mencari sumber mata air yang pernah ada untuk dikonservasi. Untuk memperkuat gerakan tersebut,  ia meminta kepala desa membuat peraturan desa untuk menggerakkan warga termasuk menjaga kebersihan.

“Perlu gerakan seperti yang ada di sini yang dilakukan di banyak desa lain. Kalau menemukan sumber mata air, konservasi. Kalau ada cerita atau sejarah masa lalu pernah ada mata air di situ, cari lagi. Hidupkan lagi dengan cara mengkonservasi, menanam, dan kemudian melakukan penghijauan kembali. Kita mendorong untuk mengkonservasi kawasan ini termasuk sumber-sumber air di manapun,” tegasnya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *