Memudahkan Urusan Sesama, Memudahkan Urusan Kita

SEMARANG [Berlianmedia] – Dalam perjalanan hidup, ujian kerap hadir silih berganti. Ada saat ketika dada terasa sesak, pikiran buntu, dan doa seakan belum menembus langit. Namun, Islam mengajarkan sebuah rahasia yang menakjubkan: alihkan pandangan dari beban diri sejenak, lalu lihat siapa yang bisa kita bantu. Justru di balik kepedulian itulah pertolongan Allah sering datang.

Rasulullah ﷺ telah mengajarkan jalan terang bagi orang beriman dalam menghadapi kesulitan. Sebagaimana sabda beliau dalam hadis riwayat Muslim:

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا نَفَّسَ اللهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ يَسَّرَ اللهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللهُ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ، وَاللهُ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَا كَانَ الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

Artinya: “Barangsiapa yang melepaskan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan melepaskan darinya satu kesusahan pada hari kiamat. Barangsiapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan di akhirat. Barangsiapa menutupi aib seorang Muslim, Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat. Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya.” (HR. Muslim no. 2699)
Hadis ini bukan sekadar pengingat, tetapi menjadi panduan hidup yang penuh hikmah. Terkadang, saat kita tenggelam dalam masalah pribadi, solusi tak kunjung datang. Namun, ketika kita mengulurkan tangan kepada orang lain, entah dengan bantuan materi, tenaga, atau sekadar doa dan perhatian, maka Allah membuka jalan keluar yang tak pernah kita sangka.

Al-Qur’an pun menegaskan pentingnya tolong-menolong dalam kebaikan. Allah ﷻ berfirman:

وَتَعَاوَنُوا عَلَى الْبِرِّ وَالتَّقْوَىٰ وَلَا تَعَاوَنُوا عَلَى الْإِثْمِ وَالْعُدْوَانِ ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Artinya: “Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat berat siksa-Nya.” (QS. Al-Māidah: 2)
Ayat ini menunjukkan bahwa Islam bukan agama individualis. Keselamatan seorang mukmin erat kaitannya dengan kepeduliannya pada sesama. Bahkan, Rasulullah ﷺ menggambarkan umat Islam seperti satu tubuh. Jika satu bagian sakit, maka seluruh tubuh ikut merasakan demam dan tidak bisa tidur (HR. Bukhari-Muslim). Maka, betapa besar pahala bagi mereka yang memudahkan urusan orang lain, karena sejatinya ia sedang mengobati tubuh besar umat ini.

Dalam kehidupan nyata, sering kita saksikan orang yang dilanda kesempitan hidup justru menemukan kelapangan setelah ia ikhlas membantu orang lain. Seseorang yang sedang terlilit utang, misalnya, bisa jadi Allah mudahkan rezekinya karena ia menolong orang miskin dengan sedikit hartanya. Begitu pula seorang yang sedang sakit hati, bisa jadi Allah sembuhkan luka batinnya ketika ia mendengar keluh kesah sahabat lalu memberikan penghiburan.

Kunci dari semua itu adalah keikhlasan. Bantuan yang diberikan tidak boleh disertai riya, pamrih, atau sekadar ingin dipuji. Allah ﷻ berfirman:

إِن تُبْدُوا الصَّدَقَاتِ فَنِعِمَّا هِيَ ۖ وَإِن تُخْفُوهَا وَتُؤْتُوهَا الْفُقَرَاءَ فَهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَيُكَفِّرُ عَنكُم مِّن سَيِّئَاتِكُمْ ۗ وَاللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ خَبِيرٌ

Artinya: “Jika kamu menampakkan sedekahmu, maka itu baik. Tetapi jika kamu menyembunyikannya dan kamu berikan kepada orang-orang fakir, maka itu lebih baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan sebagian kesalahanmu. Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Baqarah: 271)

Inilah janji Allah. Saat kita memudahkan jalan bagi orang lain, maka Allah tidak hanya memudahkan urusan dunia kita, tetapi juga menghapus dosa dan meringankan beban akhirat. Sebaliknya, jika kita bersikap kikir dan enggan peduli, boleh jadi kesempitan hidup semakin menjerat, karena kita memutus jalan pertolongan Allah.

Lebih jauh lagi, Rasulullah ﷺ menegaskan bahwa Allah senantiasa menolong hamba-Nya selama hamba itu menolong saudaranya. Artinya, keberkahan pertolongan Allah bisa kita raih dengan menjadi penolong. Maka, ketika hidup terasa berat, jangan biarkan diri hanya larut dalam kesedihan. Carilah peluang untuk membantu, sekecil apa pun. Mungkin dengan tersenyum kepada orang yang sedang sedih, menyapa dengan hangat, atau sekadar mendoakan kebaikan bagi orang lain.

Sebagaimana dalam hadis lain, Rasulullah ﷺ bersabda:

أَحَبُّ النَّاسِ إِلَى اللَّهِ أَنْفَعُهُمْ لِلنَّاسِ، وَأَحَبُّ الْأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ سُرُورٌ تُدْخِلُهُ عَلَى مُسْلِمٍ، أَوْ تَكْشِفُ عَنْهُ كُرْبَةً، أَوْ تَقْضِي عَنْهُ دَيْنًا، أَوْ تَطْرُدُ عَنْهُ جُوعًا…

Artinya: “Manusia yang paling dicintai Allah adalah yang paling bermanfaat bagi manusia. Amalan yang paling dicintai Allah adalah rasa bahagia yang engkau masukkan ke hati seorang Muslim, atau engkau hilangkan kesulitannya, atau engkau lunasi utangnya, atau engkau hilangkan rasa laparnya…” (HR. Thabrani)

Hadis ini semakin meneguhkan bahwa nilai diri seorang hamba di sisi Allah tidak hanya diukur dari ibadah pribadi, tetapi juga dari sejauh mana ia menjadi rahmat bagi sesamanya.

Maka, ketika kesulitan hidup menghimpit, jangan hanya sibuk bertanya “kenapa aku?” tetapi mulailah bertanya “siapa yang bisa kubantu?” Karena bisa jadi jawaban atas doa-doa kita datang bukan dengan jalan yang kita duga, melainkan dengan jalan yang kita tempuh saat menolong orang lain.

Akhirnya, mari kita jadikan hadis Nabi ﷺ sebagai pedoman abadi: siapa yang memudahkan urusan orang lain, Allah akan memudahkan urusannya di dunia dan akhirat. Sebab, pada hakikatnya setiap pertolongan kecil yang kita lakukan adalah jalan menuju pertolongan Allah yang besar.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *