Hikmah Di Balik Setiap Pilihan
SEMARANG [Berlianmedia] – Setiap pilihan membawa konsekuensi. Bahkan ketika kita memilih untuk tidak memilih, tetap ada risiko yang harus ditanggung. Dalam pandangan Islam, hidup adalah rangkaian ujian yang menuntut keputusan. Setiap langkah, sekecil apa pun, akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah. Maka, bagaimana Islam mengajarkan kita menyikapi pilihan ini dengan bijak?
Hidup adalah perjalanan yang penuh persimpangan. Setiap hari kita dihadapkan pada berbagai pilihan: memilih jalan kebaikan atau keburukan, memilih dunia atau akhirat, memilih sabar atau menyerah. Dan sebagaimana kalimat dalam gambar, “Apa pun yang kita pilih pasti ada risikonya, bahkan saat kita tidak memilih pun, juga ada risikonya.” Kalimat ini sejalan dengan hakikat kehidupan yang diajarkan Islam, bahwa setiap tindakan atau ketidakaktifan memiliki konsekuensi.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
﴿فَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ خَيْرًا يَرَهُ، وَمَنْ يَعْمَلْ مِثْقَالَ ذَرَّةٍ شَرًّا يَرَهُ﴾
“Barangsiapa mengerjakan kebaikan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya), dan barangsiapa mengerjakan kejahatan seberat zarrah, niscaya dia akan melihat (balasannya).” (QS. Az-Zalzalah: 7-8)
Ayat ini menegaskan bahwa sekecil apa pun pilihan kita, akan ada balasan. Tidak ada yang sia-sia. Termasuk ketika kita memilih diam, menghindari keputusan, atau bersikap netral, tetap akan ada konsekuensi yang harus ditanggung. Dalam hadis Nabi ﷺ disebutkan:
«إِنَّ اللَّهَ كَتَبَ الإِحْسَانَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ»
“Sesungguhnya Allah mewajibkan berbuat ihsan (kebaikan) pada segala sesuatu.” (HR. Muslim)
Artinya, setiap aspek kehidupan, termasuk dalam memilih, harus didasari niat baik dan dilakukan dengan pertimbangan yang benar. Kita tidak bisa lepas dari tanggung jawab hanya karena memilih untuk tidak menentukan sikap. Bahkan ketidakaktifan adalah sebuah pilihan.
Mengapa setiap pilihan membawa risiko? Karena dunia ini adalah tempat ujian. Allah berfirman:
﴿الَّذِي خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيَاةَ لِيَبْلُوَكُمْ أَيُّكُمْ أَحْسَنُ عَمَلًا﴾
“Dia yang menciptakan mati dan hidup untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang paling baik amalnya.” (QS. Al-Mulk: 2)
Ayat ini mengingatkan kita bahwa hidup bukan sekadar mengalir, tetapi ada ujian di setiap jalan yang kita tempuh. Pilihan kita adalah bagian dari ujian itu. Jika kita memilih taat, ada risiko lelah, dicemooh, atau kehilangan kenyamanan dunia. Jika kita memilih maksiat, ada kenikmatan sesaat, tapi risiko azab yang mengerikan. Jika kita memilih diam dan tidak melakukan kebaikan, ada risiko kita masuk dalam golongan orang yang lalai.
Rasulullah ﷺ bersabda:
«لَا تَزُولُ قَدَمَا عَبْدٍ يَوْمَ الْقِيَامَةِ حَتَّى يُسْأَلَ عَنْ أَرْبَعٍ: عَنْ عُمُرِهِ فِيمَا أَفْنَاهُ، وَعَنْ عِلْمِهِ فِيمَا فَعَلَ، وَعَنْ مَالِهِ مِنْ أَيْنَ اكْتَسَبَهُ وَفِيمَا أَنْفَقَهُ، وَعَنْ جَسَدِهِ فِيمَا أَبْلَاهُ»
“Tidak akan bergeser kedua kaki seorang hamba pada hari kiamat sampai ditanya tentang empat perkara: umurnya untuk apa dihabiskan, ilmunya bagaimana diamalkan, hartanya dari mana diperoleh dan ke mana dibelanjakan, serta tubuhnya untuk apa digunakan.” (HR. Tirmidzi)
Hadis ini menegaskan bahwa bahkan ketika kita memilih diam, waktu tetap berjalan, umur tetap berkurang, dan itu akan dimintai pertanggungjawaban. Maka, sikap pasif bukanlah solusi aman. Justru itu adalah risiko besar, karena bisa membuat kita kehilangan kesempatan berbuat baik.
Dalam kehidupan modern, kita sering bimbang ketika dihadapkan pada pilihan besar: memilih karier atau keluarga, memilih amanah atau mundur, memilih jujur atau kompromi. Di sinilah pentingnya meminta petunjuk Allah melalui istikharah. Rasulullah ﷺ mengajarkan doa istikharah agar setiap pilihan kita diberkahi:
«اللَّهُمَّ إِنِّي أَسْتَخِيرُكَ بِعِلْمِكَ، وَأَسْتَقْدِرُكَ بِقُدْرَتِكَ، وَأَسْأَلُكَ مِنْ فَضْلِكَ الْعَظِيمِ…»
“Ya Allah, aku memohon petunjuk-Mu dengan ilmu-Mu, dan aku memohon kekuatan-Mu dengan kekuasaan-Mu, dan aku memohon kepada-Mu dari karunia-Mu yang agung…” (HR. Bukhari)
Doa ini adalah wujud kesadaran bahwa kita tidak tahu apa yang terbaik, tapi Allah Maha Tahu. Karena itu, setiap keputusan harus diawali dengan niat yang ikhlas, usaha yang maksimal, dan doa yang tulus.
Namun, bagaimana jika kita salah memilih? Islam mengajarkan bahwa manusia tidak luput dari salah, tapi yang penting adalah segera bertaubat dan memperbaiki diri. Allah berfirman:
﴿إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ التَّوَّابِينَ وَيُحِبُّ الْمُتَطَهِّرِينَ﴾
“Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertaubat dan orang-orang yang menyucikan diri.” (QS. Al-Baqarah: 222)
Ini adalah kabar gembira. Risiko salah pilih bukan berarti akhir segalanya, selama kita kembali kepada Allah.
Maka, marilah kita renungkan: jangan takut memilih jalan yang benar meskipun berat, karena di sanalah keberkahan. Jangan memilih diam karena takut risiko, sebab diam juga membawa risiko yang lebih besar: kehilangan kesempatan meraih ridha Allah. Pilihlah jalan yang diridhai-Nya, meski jalannya terjal, karena di ujungnya ada surga yang luas.
Semoga Allah memberi kita kekuatan untuk memilih dengan iman, bertindak dengan ikhlas, dan tetap istiqomah dalam kebaikan. Aamiin.








