Kirab Tungguk Tembakau Awali Musim Panen Petani di Lereng Merbabu
BOYOLALI[Berlianmedia] – Setiap daerah di Indonesia memilki kebudayaan yang berbeda. Karakteristik, kepercayaan, dan kebiasaan budaya di masing-masing daerah tersebut juga beraneka macam.
Seperti halnya digelarnya tradisi kirab budaya ‘Tungguk Tembakau’. Tradisi kirab budaya ini telah lama digelar masyarakat di lereng Gunung Merbabu dan terus dilestarikan. Kemeriahan dan kesyakralan digelarnya tradisi budaya ini masih nampak jelas.
Pada Kamis (4/8), masyarakat Desa Senden, Kecamatan Selo berkumpul dan meramaikan jalur pedesaan, yang kanan kirinya ditumbuhi oleh tanaman tembakau.
Dengan memakai pakaian tradisional, masyarakat lereng Gunung Merbabu ini terlihat gembira untuk mengikuti dan menyaksikan ritual petik daun tembakau, sebagai tanda syukur atas hasil panen tembakau tahun ini.
Tradisi ini diawali dengan kirab budaya yang membawa hasil bumi dan gunungan tembakau diiiringi sejumlah kesenian tradisional, mengelilingi sepanjang jalan desa.
Bupati Boyolali, M Said Hidayat, menyampaikan, tungguk tembakau merupakan tradisi yang digelar saat mengawali panen tembakau, di mana tungguk diartikan memetik.
Ritual itu sebagai wujud syukur para petani lereng Gunung Merbabu wilayah Kabupaten Boyolali, sebelum memulai panen tembakau.
Menurut dia, tradisi ‘Tungguk Tembakau’ tersebut digelar sekaligus untuk melestarikan nilai-nilai budaya yang harus tetap dijaga.
“Sehingga ke depan ini tetap harus kita jaga dan kita laksanakan kelestarian budaya lokal kita. Ini semua pentingnya untuk bersama-sama memanjatkan doa kita kepada Tuhan Yang Maha Esa agar para petani-petani kita ini tetap terjaga kesehatannya, para petani-petani kita ini akan mampu merasakan hasil panen yang baik ke depan,” terang Said belum lama ini.
Di sisi lain, Kepala Dinas Pertanian (Dispertan) Kabupaten Boyolali, Bambang Jiyanto, menjelaskan saat dikonfirmasi mengenai produksi tembakau di Kecamatan Selo.
Tanaman tembakau di lahan seluas 1.600 hektare dengan 7.600 petani tembakau, menurut dia, penanaman tembakau agak menurun jika dibandingkan pada 2021.
Tahun 2021 luas tanam untuk tembakau asepan seluas 253 hektare, adapun untuk rajangan 4.445 hektare, produksi tembakau kering sekitar satu ton per hektare.
“Untuk tahun 2022 kita luas tanam asepan 68,6 hektare, dan luas tanam untuk tembakau rajangan 3.078 hektare. Dibandingkan dengan tahun lalu kita menurun 0,8 persen karena curah hujan yang cukup tinggi, dan menurunnya minat petani karena melihat kondisi alam,” jelas Bambang.
Untuk diketahui, dalam kesempatan tersebut, Bupati Boyolali Said Hidayar juga meresmikan Bangsal Pascapanen dan Pengolahan Komoditas Hortikultura Direktorat Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Republik Indonesia di Desa Senden, Kecamatan Selo. (at)