Baznas Jateng Gelar Pelatihan Bidang Boga Untuk UMKM

SURAKARTA[Berlianmedia] – Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) Jateng bersama TP PKK Jateng menggelar Pelatihan UMKM Bidang Boga, yang berlangsung selama 3 hari mulai Senin (29/8 hingga Rabu (31/8) di Taman Budaya Jawa Tengah.

Pelatihan UMKM Bidang Boga itu, dikuti sebanyak 80 peserta dari kader dan Tim Penggerak PKK dari Kota Surakarta, Kabupaten Sragen, Karanganyar, dan Wonogiri.

Ketua Baznas Jateng Achmad Darodji mengatakan kali ini pihaknya menyelenggarakan pelatihan boga bagi kader dan TP PKK kabupaten/ kota, mengingat makanan menjadi kebutuhan pokok setiap orang. Apalagi, belakangan ini banyak orang yang tidak sempat memasak di dapur, dan memilih untuk membeli makanan di luar rumah.

Dia menambahkan, pihaknya sudah beberapa kali menyelenggarakan pelatihan di bidang boga bagi para penerima zakat. Dari hasil evaluasi yang dilakukan, sebanyak 85% bisa berhasil, karena ada peningkatan dari dulu dan sekarang.

“Tidak ada orang yang tidak makan kan? Setiap orang makan, dan sedikit yang sempat memasak di dapur. Banyak orang bekerja, jadi di dapurnya hanya Sabtu dan Minggu. Selain itu mereka mengharapkan keluar. Dari evaluasi yang kami lakukan dari pelatihan sebelumnya, 85% berhasil, ada peningkatan dari dulu dan sekarang,” ujarnya, seusai pembukaan pelatihan, Senin (29/8).

Darodji berharap, para peserta tidak hanya menghasilkan produk kuliner untuk pemenuhan kebutuhan pangan masyarakat, melainkan ada yang mengembangkan produk unggulan, hingga pemasarannya meluas, bahkan bisa diekspor.

Dengan begitu, lanjutnya, mereka dapat bangkit dan terentaskan dari kemiskinan, sekaligus menambah pemasukan negara dari devisa.

“Tapi saya pesan, kalau menjual produk baik di toko, warung, atau online, yang cepat, resik ora kotor, sumeh, yen bisa murah. Pasti akan banyak yang membeli. Kalau sudah, nanti sadaqah, lama-lama zakat,” tuturnya.

Wakil Ketua I TP PKK Jateng Nawal Arafah Yasin mengapresiasi pelatihan yang diselenggarakan Baznas. Dia berharap, kegiatan tersebut dapat meningkatkan pendapatan keluarga. Terlebih, di wilayah Solo Raya, potensi kuliner, khususnya produk makanan olahan, sangat menjanjikan.

“Ada tengkleng, sega liwet, angkringan, mete, dan sebagainya. Jadi, saya berharap UP2K PKK bisa banyak menghasilkan produk itu. Bahkan, ada pula produk olahan yang diekspor ke Jepang, seperti bawang goreng. Ada pula yang lolos kurasi, seperti lanting, keripik tempe, keripik ketela pohon, dan sebagainya,” ujar Nawal.

Namun demikian, tutur Nawal, agar produk yang dihasilkan dapat bertahan dan diminati masyarakat, ada beberapa hal yang mesti diperhatikan. Kuantitas atau banyaknya produk yang dihasilkan, merupakan hal utama yang mesti dipenuhi. Sebab, kebanyakan usaha kecil tidak mampu menerima pesanan dalam jumlah banyak.

“Kuantitas ini penting. Jadi, ketikan pesanan sudah banyak, jangan tidak sanggup. Tingkatkan kuantitas bagaimana pun caranya,” tuturt Nawal.

Selain kuantitas, lanjutnya, kualitas tidak boleh diabaikan. Perhatikan aspek kesehatan dengan tidak menggunakan bahan tambahan makanan kimia yang membahayakan, menjaga higienitas makanan, dan lain-lain.

“Konsolidasi harus dilakukan, misalnya untuk mengatasi keterbatasan modal dan tenaga, perlu konsolidasi sesama UMKM. Sharing dengan UMKM untuk meningkatkan kualitas. Komsolidasi juga penting untuk quality control dan menjaga kontinyuitas produk,” ujarnya.

Usai pelatihan, Nawal berharap para kader dan TP PKK melengkapi dengan standar penjualan di pasaran di antaranya izin edar atau PIRT, sertifikat halal. Mereka juga diminta memperhatikan masa kadaluwarsa, dan sumberdaya manusia pengelola usaha.

Yang tidak kalah pentingnya, tutur Nawal, adaptif terhadap teknologi. Misalnya, memperluas pemasaran lewat gadget. Bagaimana gadget yang setiap harinya digunakan, bisa dipakai sebagai alat pemasaran. Bahkan mereka harus naik kelas, berkolaborasi menghasilkan produk yang berskala industri.

“Pulang dari sini, harus dipraktikkan di rumah. Yang kurang-kurang dicoba lagi, bisa buka internet juga, sehingga bisnis akan bisa berkembang,” tuturnya.

Sementara, Mutia (24), peserta pelatihan dari Girimulyo, Kabupaten Karanganyar, mengikuti pelatihan untuk mengembangkan usaha kuliner ibunya. Jika biasanya ibunya hanya membuat paket nasi dan lauk. Dia berharap dapat melebarkan usaha dengan membuat kudapan.

“Saya berharap kegiatan ini bisa diselenggarakan hingga ke desa-desa. Sehingga, masyarakat bisa mengembangkan usahanya,” tuturnya.

Senada peserta lain, Sri Sumarni, dari Slogohimo, Kabupaten Wonogiri menuturkan sudah terbiasa menerima pesanan paket nasi kotak dari pihak desa atau kelurahan. Melalui pelatihan ini, diharapkan wawasannya di bidang kuliner bertambah, terutama produk olahan makanan.

Fasilitator dari Pusat Pelatihan Alang-alang Tumbuh Subur Boyolali, Prayitno mengatakan materi kali ini meliputi pembuatan aneka kue, seperti tart, bolu, krumpul, serta olahan daging, misalnya samosa, nugget, abon ikan dan ayam. Adapula olahan rempah, termasuk minuman dari lidah buaya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *