Perjalanan Hati Menuju Kebaikan Dunia dan Akhirat

SEMARANG [Berlianmedia] – Dalam kehidupan yang penuh liku, manusia sering terjebak antara urusan dunia dan urusan akhirat. Kita berlari mengejar rezeki, kesuksesan, dan kebahagiaan duniawi, namun terkadang lupa memperbaiki tali hubungan dengan Allah yang menjadi sumber ketenangan sejati. Di sinilah pentingnya sebuah doa agung yang diajarkan Rasulullah ﷺ doa agar diperbaiki urusan agama, dunia, dan akhirat.

اللَّهُمَّ أصْلِحْ لِي دِيْنِيَ الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِي ، وَأَصْلِحْ لِي دُنْيَايَ الَّتِي فِيهَا مَعَاشِي ، وَأَصْلِحْ لِي آخِرتِي الَّتي فِيهَا مَعَادِي ، وَاجْعَلِ الحَيَاةَ زِيَادَةً لِي فِي كُلِّ خَيْرٍ ، وَاجْعَلِ المَوتَ رَاحَةً لِي مِنْ كُلِّ شَرٍّ

“Ya Allah, perbaikilah bagiku agamaku yang menjadi pegangan urusanku; perbaikilah bagiku duniaku yang menjadi tempat kehidupanku; perbaikilah bagiku akhiratku yang menjadi tempat kembaliku; serta jadikanlah kehidupanku mempunyai nilai tambah bagiku dalam segala kebaikan dan kematianku sebagai kebebasanku dari segala keburukan.” (HR. Muslim, no. 2720)

Doa ini adalah cermin keseimbangan hidup seorang mukmin. Ia tidak hanya memohon kebaikan dunia, tetapi juga memperhatikan keselamatan agama dan akhiratnya. Imam Al-Qurthubi rahimahullah berkata, “Doa ini begitu agung karena berisi kebaikan dunia dan akhirat, permintaan baiknya agama dan dunia. Hendaklah doa ini dihafalkan dan digunakan untuk berdoa pada malam dan siang hari. Moga saja doa tersebut dipanjatkan pada waktu mustajabnya doa sehingga memperoleh kebaikan dunia dan akhirat.” (Al-Mufhim, 7:49).

Agama yang diperbaiki berarti fondasi kehidupan yang kokoh. Rasulullah ﷺ bersabda,
مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّينِ
“Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan baginya, maka Allah akan memahamkannya dalam agama.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Agama adalah pagar moral, cahaya akal, dan pelita hati. Tanpa agama yang lurus, dunia menjadi gelap, keputusan hidup kehilangan arah, dan hati menjadi gersang meski harta berlimpah. Maka ketika kita memohon, “اللهم أصلح لي ديني”, sesungguhnya kita sedang meminta agar Allah menjaga iman, amal, dan akhlak agar tetap teguh di jalan-Nya.

Namun manusia juga tidak dapat hidup tanpa dunia. Dunia adalah ladang untuk menanam amal, tempat bekerja, mengasihi, dan berjuang. Karena itu Rasulullah ﷺ tidak melarang meminta dunia, tetapi menuntun agar dunia menjadi kendaraan menuju ridha Allah, bukan jebakan yang menyesatkan. Allah berfirman:
وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ وَلَا تَنْسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا
“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi.” (QS. Al-Qashash: 77).
Ayat ini menegaskan bahwa dunia bukan untuk ditinggalkan, melainkan dikelola dengan bijak. Karena itu bagian kedua dari doa ini, “وأصلح لي دنياي التي فيها معاشي”, adalah permohonan agar dunia kita—pekerjaan, rezeki, keluarga, dan lingkungan—menjadi sarana mendekatkan diri kepada Allah, bukan justru menjauhkan.

Bagian ketiga dari doa ini menyentuh sisi terdalam kehidupan spiritual: “وأصلح لي آخرتي التي فيها معادي.” Inilah puncak perjalanan seorang hamba. Dunia adalah sementara, akhirat adalah abadi. Seseorang yang sibuk memperbaiki akhirat akan memperoleh dunia yang mengikutinya, namun yang hanya sibuk memperbaiki dunia tanpa memikirkan akhirat akan kehilangan keduanya. Allah berfirman:
مَن كَانَ يُرِيدُ الْآخِرَةَ وَسَعَىٰ لَهَا سَعْيَهَا وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَأُولَـٰئِكَ كَانَ سَعْيُهُم مَّشْكُورًا
“Barang siapa menghendaki kehidupan akhirat dan berusaha ke arah itu dengan sungguh-sungguh sedang ia beriman, maka usaha mereka itu akan diberi balasan dengan baik.” (QS. Al-Isra’: 19).

Di akhir doa, Rasulullah ﷺ menutup dengan dua kalimat penuh makna: “واجعل الحياة زيادة لي في كل خير، واجعل الموت راحة لي من كل شر.”
Kalimat pertama adalah pengakuan bahwa hidup hanyalah bernilai jika diisi dengan kebaikan. Hidup yang menambah ilmu, amal, dan kasih sayang. Hidup yang menumbuhkan iman dan memperbanyak syukur. Sebaliknya, hidup yang menjauhkan diri dari kebaikan hanyalah panjang umur yang menambah dosa. Sedangkan kalimat kedua menunjukkan sikap pasrah seorang mukmin terhadap takdir. Kematian bukan akhir, melainkan awal perjalanan menuju kebahagiaan hakiki jika iman tetap terjaga.

Doa ini mengajarkan keseimbangan dan ketundukan. Ia bukan sekadar rangkaian kata indah, tetapi peta kehidupan yang menuntun langkah seorang hamba. Ketika kita merasa kehilangan arah, doa ini adalah kompas. Ketika dunia terasa berat, doa ini menjadi pelipur. Ketika akhirat terasa jauh, doa ini menjadi pengingat.

Rasulullah ﷺ mengajarkan umatnya agar tidak terjebak dalam dua ekstrem: melupakan dunia karena akhirat, atau melupakan akhirat karena dunia. Seorang mukmin yang sejati adalah mereka yang menjadikan dunia sebagai jembatan menuju surga, bukan tempat menetap selamanya. Dunia ibarat ladang, akhirat adalah panennya. Barang siapa menanam dengan iman, amal saleh, dan kesabaran, maka ia akan menuai kebahagiaan di sisi Allah.

Karena itu, hendaklah doa ini menjadi bagian dari dzikir harian kita. Ucapkan di pagi hari saat akan berangkat bekerja, agar Allah memperbaiki dunia dan rezeki. Ucapkan di malam hari sebelum tidur, agar Allah menjaga iman dan menenangkan hati. Dan ucapkan di sela sujud yang paling dalam, karena pada saat itulah hamba paling dekat dengan Rabbnya.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
أَقْرَبُ مَا يَكُونُ الْعَبْدُ مِنْ رَبِّهِ وَهُوَ سَاجِدٌ فَأَكْثِرُوا الدُّعَاءَ
“Sedekat-dekatnya seorang hamba kepada Tuhannya adalah ketika ia sedang bersujud, maka perbanyaklah doa.” (HR. Muslim).

Doa ini bukan hanya permohonan, melainkan pengakuan: bahwa hidup kita rapuh tanpa bimbingan Allah, bahwa dunia ini fana tanpa arah, dan bahwa akhirat adalah tempat pulang yang sejati. Maka perbanyaklah memohon, bukan karena kita lemah, tetapi karena hanya dengan doa hati menjadi kuat.

Semoga setiap bait doa yang kita panjatkan menjadi cahaya yang menuntun langkah kita di dunia, dan menjadi saksi ketaatan kita di akhirat. Semoga Allah memperbaiki agama yang menjadi pegangan hidup kita, dunia yang menjadi ladang amal kita, dan akhirat yang menjadi tempat kembali kita dengan wajah penuh cahaya. Aamiin.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *