Film Sayap Sayap Patah Cerita Nyata Peristiwa di Mako Brimob 2018

SEMARANG[Berlianmedia] – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mengatakan film “Sayap Sayap Patah” menunjukkan masih banyak anggota Polisi yang berdedikasi tinggi untuk negara dan institusi Kepolisian. Film itu juga visa menjadi satu bahan untuk kampanye deradikalisasi.

“Pesannya ya kita musti menjaga bangsa, musti menjaga negara, dan betul-betul masih banyak kok orang yang berprofesi dan punya dedikasi yang sangat baik kepada institusi. Contohnya mereka-mereka tadi, Polisi yang punya dedikasi yang hebat. Mudah-mudahan ini bagian dari kebangkitan,” ujar Ganjar seusai menonton bersama tiga pemeran utama Nicholas Saputra, Ariel Tatum, dan Nugie di bioskop Paragon Mall, Kota Semarang, Jumat (19/8).

Menurutnya, film “Sayap Sayap Patah” besutan sutradara Rudi Soedjarwo itu menegangkan sekali karena berlatar peristiwa nyata di Mako Brimob pada 2018 silam. Kerusuhan yang menewaskan lima anggota Polisi dan seorang napiter. Pengalaman imajinasi terkait peristiwa itu benar-benar terbawa saat ia menonton film “Sayap Sayap Patah”.

“Sangat heroik gitu ya dan kita bisa mendapatkan cerita dari layar lebar yang mungkin merekonstruksi apa yang tejadi di sana,” tuturnya.

Cerita heroik anggota Densus 88 itu, tutur Ganjar, juga dibumbui dengan drama dan asmara IPDA Adjie (diperankan Nicholas Saputra) dan istrinya Nani (Ariel Tatum). Pasangan itu mampu memberikan gambaran bagaimana kehidupan keluarga anggota Polisi. Nani yang sedang hamil selalu dihadapkan dengan kecemasan dan ketakutan akan masa depan suaminya. Sampai pada akhirnya seluruh kecemasan itu menjadi kenyataan karena IPDA Adjie meninggal setelah menjadi korban kerusuhan di Mako Brimob tepat saat kelahiran anak pertamanya.

“Cerita yang heroik ini dibumbui dengan cerita asmara yang selalu membuat orang yang melihat dikoyak-koyak hatinya. Tadi banyak yang meleleh juga, menangis karena si aktor yang berdedikasi sangat tinggi untuk memberantas terorisme harus meninggal dan anaknya lahir pada saat bapaknya dibunuh. Ini yang membuat orang sangat terharu,” ujarnya.

Dia menambahkan, film “Sayap Sayap Patah” itu dapat menjadi media pembelajaran yang bagus tentang patriotisme dan deradikalisasi. Sebab dalam film itu digambarkan ketika seseorang salah jalan bisa bertindak apa pun dan bisa sangat kejam.

“Sangat. Sangat bisa. Mungkin beberapa tokoh bisa diajak menonton bersama pelajar, bersama masyarakat, terus ada diskusi kecil. Saya kira narasumber-narasumber yang kemarin ikut kita di upacara itu bisa juga kita ajak nonton dan berdiskusi. Benarkah seperti itu ceritanya sehingga bisa melengkapi dan imajinasi orang akan makin baik, sempurna,” tutur Ganjar.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *