UMKM Mie Karangduren Tembus Pasar Luar Daerah, Jadi Pilihan Konsumen Boyolali

TENGARAN [Berlianmedia] – Kegigihan dan inovasi menjadi kunci sukses bagi UMKM Mie Karangduren milik Rudiyanto, warga Dusun Cabean Wetan, Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran, kabupaten Semarang. Dari awalnya hanya memproduksi dua kilogram mie per hari dengan alat sederhana pada 1997, kini usahanya berkembang pesat hingga mampu menghasilkan 150 kilogram mie setiap hari.

Pencapaian itu tidak terlepas dari keuletan Rudiyanto dalam meningkatkan kualitas produksi dan memperluas pemasaran. Jika dulu ia harus berkeliling pasar untuk menjajakan mie, kini pelanggannya sudah tetap, bahkan ada yang rela datang langsung ke rumah maupun memesan lewat ojek online.

“Dulu sehari paling bisa bikin dua kilo mie, itu pun susah pemasarannya. Tapi sekarang alhamdulillah pelanggan sudah banyak dan ada yang pesan sampai puluhan kilo,” ujar salah satu karyawan belum.lama ini.

Salah satu pelanggan setia datang dari Cepogo, Boyolali, yang setiap kali memesan bisa mencapai 50 kilogram. Fakta ini menunjukkan produk mie Karangduren telah dipercaya konsumen hingga ke luar daerah.

Untuk menjaga kualitas, Rudiyanto menggunakan tepung terigu berprotein tinggi agar mie tetap kenyal dan tidak mudah putus. Adonan dicampur soda kue, garam, dan air, kemudian dibaluri tepung tapioka sebelum dipasarkan.

“Kami tidak pakai pengawet, cukup simpan di freezer biar tetap segar,” jelasnya.

Dalam sehari, satu karung tepung bisa menghasilkan sekitar 24 kilogram mie. Seluruh proses produksi masih dikerjakan bersama anggota keluarga, sehingga tetap terjaga suasana kekeluargaan dan ciri khas usaha rumahan.

Selain menjual mie mentah, Rudiyanto juga membuka warung mie ayam setiap sore di rumahnya. Pelanggan bebas memilih porsi, bahkan bisa mencoba berbagai olahan mie seperti mie jebew, mie yamin, pangsit, hingga mie gacoan lengkap dengan bumbu pelengkap.

Meski sudah berkembang pesat, usaha ini masih menghadapi kendala, terutama jika terjadi pemadaman listrik yang mengganggu proses produksi. Namun, kepercayaan pelanggan terhadap kualitas produknya membuat Rudiyanto tetap optimistis.

“Kalau mati listrik memang agak susah. Tapi alhamdulillah pelanggan sudah percaya sama kualitas mie kami,” ungkapnya sambil tersenyum.

Kunjungan KKN MIT-20 UIN Walisongo Semarang Posko 73 ke UMKM ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi masyarakat luas bahwa usaha kecil, bila dijalani dengan tekun dan penuh inovasi, mampu tumbuh menjadi UMKM yang tangguh serta berdaya saing tinggi.

 

 

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *