Program KKN Internal Ilmu Komunikasi FTIK USM Dorong Inklusi Difabel melalui Pelatihan “Ruang Isyarat”

SEMARANG [Berlianmedia] – Semangat inklusivitas dan kepekaan sosial mengisi Ruang Universitas Semarang (USM) pada Senin (30/6) dalam pelatihan bertajuk “Ruang Isyarat” dengan tagline “Ruang Kita, Bahasa Kita”. Kegiatan ini merupakan bagian dari program Kuliah Kerja Nyata (KKN) Internal mahasiswa Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Teknologi Informasi dan Komunikasi (FTIK) USM, yang berfokus pada pengembangan inklusi difabel, khususnya melalui pemahaman dan praktik Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo).

 

Pelatihan yang diikuti oleh mahasiswa, pekerja muda, dan komunitas masyarakat di Kota Semarang ini bertujuan membangun kesadaran tentang dunia Tuli dan pentingnya akses komunikasi inklusif. Mahasiswa KKN bertindak sebagai penggerak utama dalam menyebarluaskan nilai-nilai inklusi sosial melalui komunikasi yang setara.

Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber dari Komunitas Peduli Isyarat Semarang, yakni:

1. Mahendra Teguh Priswanto dengan materi “Dunia Tuli & Bahasa Isyarat”.

2.Stefanus Ming, yang membawakan topik “Etika sebagai Orang Dengar”.

3.Bebe Stevia, yang memimpin sesi praktik langsung Bisindo, memberikan pengalaman berharga bagi peserta dalam mempraktikkan komunikasi tanpa suara.

Sebagai bagian dari upaya pemberdayaan ekonomi difabel, pelatihan ini juga diramaikan dengan stan produk “Roemah Difabel Shop”, yang menampilkan hasil kreativitas komunitas difabel. Inisiatif ini menjadi bentuk nyata dukungan terhadap kemandirian ekonomi kaum difabel.

Hadir dalam acara ini, perwakilan dosen USM, seperti RR. B. Natalia Sari P., S.Psi., M.Si, dan B. Noviana Dibiantari R., pendiri Komunitas Sahabat Difabel-Roemah Difabel (KSD-RD). Perwakilan dari Paguyuban Difabel Kota Semarang dan Himpunan Mahasiswa Ilmu Komunikasi (Himsik) Kota Semarang turut mendukung keberlangsungan acara.

Peserta pelatihan menyampaikan apresiasi mereka. Bagus, seorang pekerja muda Kota Semarang, mengatakan, “Materinya ringan tapi mengena. Sesi praktik bahasa isyarat sangat membantu saya memahami bahwa komunikasi tidak hanya soal suara.”

Salah satu narasumber, Bebe Stevia, menyampaikan rasa terima kasihnya atas kesempatan berbagi ilmu. “Merupakan kehormatan besar memberikan edukasi tentang dunia Tuli dan pelatihan Bahasa Isyarat. Kami berharap masyarakat semakin paham pentingnya aksesibilitas dan mewujudkan kehidupan yang setara bagi semua,” ujarnya.

Melalui “Ruang Isyarat”, FTIK USM menegaskan komitmennya untuk mencetak lulusan yang tidak hanya unggul secara akademik, tetapi juga memiliki kepekaan sosial tinggi. Program ini menjadi bukti bahwa inklusi sosial dapat dimulai dari langkah-langkah kecil, menciptakan ruang belajar yang menghargai keberagaman dan memperkuat solidaritas dalam masyarakat.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *