Turunkan Emisi Karbon, Pertamina Gandeng Perusahaan Nasional dan Global
BALI[Berlianmedia] – PT Pertamina (Persero) menjajaki kerja sama dengan beberapa perusahaan internasional dalam bidang transisi energy, sebagai upaya mewujudkan komitmen Pertamina mendukung program transisi energi bersih dan target penurun emisi 29% pada 2030.
Penjajagan kerja sama ini dihadiri langsung oleh Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati, pada pertemuan B20 di Nusa Dua, Bali (Senin (30/8).
Arifin mengatakan senang dengan adanya kemitraan dan kolaborasi yang terbentuk di bawah payung pertemuan internasional B20 ini dan tantangannya dengan penerapan teknologi rendah karbon harus ditangani bersama antara negara maju dan negara berkembang.
“Saya mendorong lebih banyak kemitraan global tidak hanya antara sektor swasta, tetapi juga dengan sektor publik untuk mempercepat implementasi. Kami berharap kemitraan hari ini dapat mendorong lebih banyak aksi bisnis melalui kerja sama kolaboratif antara sektor publik dan swasta,” ujarnya.
Beberapa kerja sama tersebut, yakni penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) antara PT Pertamina (Persero) dengan PT Astra Agro Lestari Tbk tentang ‘Kerja Sama dalam Potensi Hubungan Bisnis dan Pertukaran Data untuk Pengembangan Proyek-Proyek Rendah Emisi’.
Kerja sama ini bertujuan mengembangkan proyek rendah emisi dengan utilisasi limbah kelapa sawit (empty fruit bunch dan palm oil mill effluent) untuk menjadi produk Bioethanol dan Biomethane yang dapat dimanfaatkan sebagai pengganti (substitusi) bahan bakar fosil dan mendukung kemandirian energi nasional.
Selain itu, juga penandatanganan perjanjian kerja sama Pengembangan Green Industrial Cluster di Jababeka antara Pertamina Power New and Renewable Energy (NRE), Pertamina Power Indonesia (PPI) dengan PT Jababeka Infrastruktur melalui pemanfaatan PLTS Atap di gedung perkantoran Jababeka.
Berikutnya kerja sama Joint Study Agreement (JSA) antara PPI dengan Pondera dalam kerja sama ‘Integrated Offshore Wind Energy & Hydrogen Production Facility’. JSA ini merupakan tindak lanjut MoU antara Pertamina NRE (PPI) dengan Pondera yakni perusahaan asal Belanda pada 21 April 2022 perihal pengembangan Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB).
Terakhir, JSA antara Pertamina (Persero), PEP dan Japan Oil, Gas and Metals National Corporation (JOGMEC) terkait ‘JOGMEC on CO2 Injection for Enhanced Oil Recovery (CCUS-EOR) Project in Jatibarang Field’.
Dalam kerja sama ini, Pertamina dan Jogmec berkolaborasi dalam kegiatan CO2 Injection di Lapangan Jatibarang melalui studi bersama pelaksanaan proyek injeksi CO2 sebagai tahap awal untuk lebih mendukung Full Field Scale CO2-EOR sebagai metode untuk meningkatkan produksi minyak dan mengurangi emisi karbon dioksida di Lapangan Jatibarang, Jawa Barat.
Direktur Utama Pertamina Nicke Widyawati menuturkan, kerja sama ini dilandaskan oleh tingginya permintaan energi terbarukan dan bahan bakar rendah karbon yang diperkirakan akan meningkat untuk memerangi peningkatan emisi gas rumah kaca dari bahan bakar fosil.
Industri Minyak & Gas, tuturnya, menyumbang lebih dari 40% dari total emisi GRK global, sehingga memainkan peran penting untuk mengurangi emisi gas rumah kaca.
“Akibatnya, ada kebutuhan untuk mempercepat transisi energi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan dan bahan bakar rendah karbon. Penggerak pendukung diperlukan untuk menjawab tantangan dalam mempercepat transisi energi,” ujar Nicke.
Dia menambahkan, Pertamina sebagai salah satu BUMN energi terbesar di Indonesia menunjukkan kontribusinya dalam mendukung komitmen pemerintah untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca (GRK) sebagaimana disebutkan dalam Perjanjian Paris.
Untuk itu, lanjutnya, kolaborasi yang terbentuk di bawah payung B20 antara Pertamina dengan negara-negara mitra anggota G20 dalam pengembangan bersama beberapa teknologi rendah karbon akan memainkan peran kunci dalam transisi energi.
Ini termasuk PV solar panel untuk klaster industri hijau, pemanfaatan limbah kelapa sawit untuk bioenergi, dan pemanfaatan dan penyimpanan penangkapan karbon.
“Kolaborasi antara perusahaan, dan negara, dan yang paling penting kolaborasi antara umat manusia untuk berkontribusi dalam tindakan nyata untuk mencapai tujuan konsensus menyediakan akses yang adil ke energi berkelanjutan dan melindungi iklim kita untuk generasi yang akan datang,” tuturnya.