Tetap Waspadai Cacar Monyet, Jubir Kemenkes RI: Tingkat Kematian 0-11%
JAKARTA]Berlianmedia] – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) baru-baru ini menetapkan penyakit Cacar Monyet sebagai darurat kesehatan global atau Public Health Emergency of International Concern (PHEIC). Apa itu sebenarnya penyakit cacar monyet yang belakangan ini dicari tahu oleh masyarakat.
Dikutip dari Center for Disease Control and Prevention (CDC), cacar monyet adalah penyakit langka yang disebabkan oleh infeksi virus monkeypox. Virus cacar monyet adalah bagian dari keluarga virus yang sama dengan virus variola, virus yang menyebabkan cacar.
Gejala cacar monyet mirip dengan gejala cacar biasa namun lebih ringan, serta jarang ditemukan kasus cacar monyet yang berakibat fatal. Selain itu, penyakit ini tidak berhubungan dengan cacar air.
Cacar monyet awalnya ditemukan pada tahun 1958, seperti cacar terjadi di koloni monyet yang dipelihara untuk penelitian. Namun, hewan pengerat Afrika dan primata non-manusia (seperti monyet) kemungkinan menyimpan virus dan menginfeksi manusia.
Kasus pertama cacar monyet pada manusia ditemukan pada anak laki-laki berusia 9 tahun yang teridentifikasi pada tahun 1970 di Zaire, yang sekarang adalah Republik Demokratik Kongo.
Cacar monyet menjadi endemik di wilayah Afrika Tengah dan Barat, 11 negara melaporkan menemukan kasus itu. Virus itu ditularkan lewat kontak dekat dengan hewan terinfeksi yang kebanyakan pengerat atau berasal dari manusia.
Juru bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril menjelaskan gejala yang ada dari yang dilaporkan mulai dari demam, lesi di kulit, lesi di mulut, papula periana, sulit makan serta batuk.
Lebih lanjut ia menyebutkan masa inkubasi cacar monyet ada 2 periode, pertama masa invasi yang terjadi 0-5 hari. Gejala khasnya termasuk demam tinggi dan nyeri kepala (sefalgia) berat.
“Kalau ditanya apa sih gejala khasnya, biasanya panas tinggi di atas 38 derajat, sefalgia berat itu sakit kepala yang berat, dan limfadenopati itu ada benjolan di leher atau pun di kelenjar-kelenjar leher, di ketiak maupun di selangkangan,” ungkap Syahril saat konferensi pers virtual bertajuk ‘Update Penanganan Monkeypox di Indonesia’, Rabu (27/7/2022).
Kemudian kedua, masa erupsi sekitar 1-3 hari setelah periode pertama. Mulai timbul lesi atau ruam-ruam berair, yang 95 persen mengenai wajah, 75 persen telapak tangan dan kaki, 70 persen mukosa, 30 persen alat kelamin dan selaput lendir mata 20 persen.
Syahril mengatakan, cacar monyet ini disebut sebagai penyakit yang bisa sembuh sendiri atau self limiting disease. Setelah 2-4 minggu cacar atau ruam-ruam pecah atau kering dia akan sembuh dengan sendirinya.
“Tingkat kematian dikatakan 0-11 persen. Tapi yang jadi perhatian apabila terjadi kompilasi yaitu ada infeksi sekunder, bronkopneumonia, sepsis, ensefalitis, infeksi kornea sehingga menyebabkan kebutaan.” pungkasnya. (ag)