Refleksi Kaderisasi IPM dari Kota Semarang: Pesan dari Seorang Mantan Ketua
SEMARANG [Berlianmedia] –
Sebagai kota peradaban yang menjadi simpul gerakan Islam modern, Semarang memiliki sejarah panjang dalam melahirkan kader-kader terbaik Muhammadiyah. Di tengah geliat zaman yang terus berubah, kaderisasi pelajar tetap menjadi pilar utama yang tak boleh goyah. Sebab di sanalah tonggak masa depan umat, bangsa, dan persyarikatan ini ditancapkan.
Saya bersyukur pernah menjadi bagian dari proses itu. Menjadi Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah (kini Ikatan Pelajar Muhammadiyah/IPM) Kota Semarang pada akhir 1990-an adalah fase pembelajaran sekaligus pengabdian yang sangat berarti dalam hidup saya. Dari IPM, saya tidak hanya belajar berorganisasi, tapi juga menghayati arti nilai, keberanian, dan keteguhan dalam memegang prinsip.
IPM: Madrasah Kader yang Tak Tergantikan
IPM bukanlah organisasi pelajar biasa. Ia adalah kawah candradimuka tempat para pelajar Muhammadiyah digembleng menjadi pribadi berilmu, beriman, dan berakhlak. Di sanalah identitas ideologis dibentuk, kepemimpinan dilatih, dan komitmen sosial dipupuk.
Ketika dunia pelajar dihadapkan pada krisis identitas akibat arus digitalisasi yang masif, IPM harus tetap menjadi benteng nilai. Dalam organisasi ini, pelajar tidak hanya diajak berpikir kritis, tapi juga diajak untuk peduli, bergerak, dan berkontribusi nyata bagi masyarakat.
Kita tidak sedang membentuk pelajar biasa. Kita sedang menyiapkan pemimpin masa depan yang sanggup berpikir global namun tetap berpijak pada nilai-nilai Islam dan kebangsaan.
Semarang: Kota yang Melahirkan Kader-Kader Tangguh
Kota Semarang telah lama menjadi medan juang yang subur bagi kaderisasi pelajar Muhammadiyah. Sekolah-sekolah Muhammadiyah di kota ini bukan hanya tempat belajar ilmu formal, tapi juga tempat berproses menjadi manusia yang utuh: spiritual, intelektual, dan sosial.
Bukan kebetulan jika banyak tokoh nasional yang pernah tumbuh dari rahim kaderisasi IPM atau IRM di Semarang. Ada idealisme yang dipupuk sejak dini. Ada semangat gotong royong dan keberanian moral yang dibangun dari bawah. Inilah yang membuat kader IPM dari Semarang seringkali tampil berbeda—lebih siap, lebih kokoh, dan lebih paham arah perjuangan.
Krisis Kader Otentik: Tantangan Nyata Masa Kini
Hari ini, saya melihat adanya tantangan besar dalam proses kaderisasi. Di tengah terbukanya akses informasi dan makin meluasnya partisipasi dari berbagai kalangan, ada potensi tergerusnya kader otentik oleh mereka yang tak memahami ruh perjuangan Muhammadiyah. Ini bukan soal eksklusivitas, tapi soal komitmen ideologis.
Jangan biarkan posisi-posisi strategis dalam IPM diisi oleh mereka yang hanya ingin tampil, tapi tidak paham nilai. Jangan biarkan pelajar Muhammadiyah hanya menjadi formalitas tanpa daya pikir kritis dan tanpa semangat perubahan.
Kader asli Muhammadiyah harus tetap tampil ke depan—memimpin, bukan sekadar mengikuti. Menjadi motor penggerak, bukan hanya penumpang sejarah.
MPLS: Momentum Strategis Awal Kaderisasi
Setiap tahun ajaran baru, kegiatan Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) menjadi gerbang penting bagi pelajar baru. Namun, di sekolah-sekolah Muhammadiyah, MPLS lebih dari sekadar orientasi. Ia adalah fondasi awal penguatan karakter dan kaderisasi.
Di sinilah IPM harus hadir dengan wajah segar dan program yang inspiratif. Menanamkan cinta terhadap Al-Islam dan Kemuhammadiyahan. Mendorong pelajar untuk menjadi pembelajar sejati, sekaligus pejuang nilai di tengah kehidupan yang serba pragmatis.
Penutup: Kembali ke Niat Awal, Bangun Peradaban Baru
Saya ingin menegaskan: kaderisasi bukan sekadar aktivitas struktural. Ia adalah misi ideologis. Dan IPM adalah medium suci untuk misi itu. Kita membentuk pelajar bukan hanya agar mereka cerdas, tapi juga agar mereka kuat jiwanya, kokoh akidahnya, dan aktif kontribusinya.
Kepada para pelajar baru di sekolah Muhammadiyah Kota Semarang, saya ucapkan: selamat datang dalam keluarga besar IPM. Mari berproses, bersiap, dan bergerak. Jangan hanya jadi pelengkap sistem. Jadilah penggerak peradaban.
Dari Semarang, kota yang telah melahirkan banyak tokoh perubahan, mari kita teruskan estafet kaderisasi ini. Dengan IPM sebagai kawahnya, dan dengan niat lurus untuk dakwah dan perbaikan umat.
Salam IPM! Salam Kaderisasi!
Oleh: Dr. H. AM. Jumai, SE., MM
(Mantan Ketua Pimpinan Daerah Ikatan Remaja Muhammadiyah Kota Semarang 1998–2000








