Pertamina Berdayakan Masyarakat Angkat Budaya Lokal Lewat Batik

SLEMAN[Berlianmedia] – Pertamina melalui program Corporate Social Responsibility (CSR) atau Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL memberdayakan kelompok pengrajin batik, khususnya yang berasal dari Dusun Jatisawit, Kecamatan Gamping, Kabupaten Sleman, dengan program usaha batik, yang mengangkat tema nilai budaya khas DIY.

Area Manager Communication, Relations, & CSR Regional Jawa Bagian Tengah PT Pertamina Patra Niaga, Brasto Galih Nugroho mengatakan  program tersebut merupakan wujud kepedulian terhadap masyarakat yang berada di sekitar lokasi operasi, salah satunya yaitu Fuel Terminal Rewulu.

“Program ini kami mulai sejak 2018 dengan membina Kelompok Batik Sekar Jatimas yang beranggotakan 20.000 ibu rumah tangga dengan menjalankan sejumlah kegiatan di antaranya pelatihan, pendampingan, serta beberapa bantuan fasilitas produksi,” ujarnya, Jumat (19/8).

Sebelumnya, tutur Brasto, kelompok masyarakat tersebut hanyalah ibu-ibu yang berprofesi sebagai ibu rumah tangga dan tidak memiliki penghasilan.

“Dengan adanya program ini tentu dapat menciptakan nilai ekonomi baru bagi masing-masing rumah tangga untuk menambah penghasilan keluarga,” tuturnya.

Menurutnya, selain menjadi tambahan penghasilan, melalui batik masyarakat juga dapat ikut berpartisipasi dalam pelestarian nilai budaya khas lokal. Dalam hal ini, nilai budaya DIY yang dituangkan ke dalam motif batik.

“Setidaknya ada 6 motif batik yang telah diciptakan oleh masyarakat melalui program ini, beberapa di antaranya motif Ronjati, Anggrek Bulan, dan Anggrek Tri Colour. Motif-motif tersebut juga telah kami dorong untuk didaftarkan hak paten agar dapat semakin dikenal oleh masyarakat luas,” ujarnya.

Brasto menambahkan, Pertamina terus mendorong kelompok pengrajin untuk berinovasi dalam kegiatan produksi batik, salah satunya dengan memanfaatkan pewarna batik alami yang ramah lingkungan.

“Jika umumnya pewarna batik menggunakan cairan berbahan kimia, namun kelompok yang kami bina cenderung memanfaatkan tanaman dan tumbuhan di sekitar yang diolah menjadi bahan pewarna alami, sehingga lebih ramah lingkungan dan lebih hemat,” ujarnya.

Brasto mengatakan program CSR yang dijalankan bersama masyarakat ini merupakan wujud dari penerapan komitmen ESG (Environment, Social, Governance) Pertamina.

“Selain itu program ini juga ikut berkontribusi terhadap Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (TPB) atau Sustainable Development Goals (SDGs), utamanya pada poin 1 (Tanpa Kemiskinan), poin 4 (Pendidikan Berkualitas), poin 5 (Kesetaraan Gender), poin 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi), poin 9 (Industri, Inovasi, dan Infrastruktur), dan poin 13 (Penanganan Perubahan Iklim),” tuturnya.

Salah satu anggota Kelompok Batik Sekar Jatimas, Lilis menuturkan kelompoknya mampu memperoleh keuntungan dari usaha batik yang dijalani setidaknya Rp8 juta per bulan pendapatan kelompok atau Rp550.000 per bulan pendapatan anggota.

“Melalui usaha ini kami dapat menambah pendapatan keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari,” ujar Lilis.

Dia menyampaikan terima kasih kepada Pertamina atas bantuan dan pendampingan yang telah diberikan sejak 2018.

“Kami mengucapkan terima kasih banyak kepada Pertamina yang telah membantu kami mengembangkan usaha batik ini. Kami juga senang karena melalui batik yang kami buat dapat memperluas nilai-nilai dan identitas budaya daerah kami,” tuturnya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *