Pemuda Lintas Agama ASEAN Belajar Moderasi Beragama

SEMARANG[Berlianmedia] – Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo mendorong anak muda terlibat aktif dalam kemajemukan dan perdamaian dunia, khususnya di ASEAN, sehingga mereka bisa mewujudkan moderasi beragama antarbangsa.

“Mereka ingin mendorong atau membikin program di mana anak-anak menjadi sangat moderat dan toleran, sehingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul juga bagaimana membangun toleransi itu,” ujarnya seusai menerima delegasi ASEAN Youth Interfaith Camp (AYIC) di Gradhika Bhakti Praja, Rabu (10/8).

AYIC merupakan implementasi ASEAN Declaration on Culture of Prevention for a Peaceful, Inclusive, Resilient, Healthy and Harmonious Society yang diinisiasi oleh Indonesia dan menjadi kegiatan tahunan ASEAN.

Pada pertemuan itu, Ganjar dan para delegasi berdiskusi tentang bagaimana menghadapi tantangan perubahan serta situasi dunia yang terus dan terjadi begitu cepat.

“Saya ceritakan ketika dunia tidak baik karena ini anak-anak saya bilang ‘bilang sama bapak ibumu, suruh ambil keputusan agar jangan perang’. Mari kita bekerjasama berkolaborasi untuk kebaikan semua,” tuturnya.

Di Jawa Tengah, lanjutnya, banyak sekali contoh pelaksanaan serta gerakan moderasi dan toleransi beragama, salah satunya di Kecamatan Kaloran, Temanggung.

“Bagaimana satu desa dengan semangat keberagaman agama mereka bisa sangat rukun atau pengalaman FKUB Banyumas yang keren banget sampai pendampingan ekonomi begitu dan bisa dilakukan,” ujarnya.

Dia menambahkan, kegiatan ini modal bagus para pemuda untuk jadi masa depan bangsanya masing-masing. Dia juga merasa senang dengan antusiasme para pemuda yang terlihat dari pertanyaan-pertanyaan yang muncul tentang cara menjaga perbedaan.

“Saya senang dan bangga karena anak-anak muda kita juga berpikir positif, masa depan yang memang tidak gampang untuk mereka hadapi. Tapi mereka berikhtiar dengan mencoba melihat dan berkomunikasi dengan kawan-kawan se-ASEAN,” tuturnya.

Para delegasi AYIC 2022 ini, lanjutnya, akan mendapatkan ilmu tambahan yang bisa dimanfaatkan. Terutama bagi delegasi negara-negara ASEAN.

“Mudah-mudahan banyak pelajaran yang mereka terima sehingga dia bisa mendapatkan apa yang mereka inginkan. Pemerintah provinsi dengan senang hati bisa meng-guide agar mereka bisa mendapatkan informasi yang diinginkan,” ujarnya.

Salah satu peserta AYIC, Novelin Silalahi dari Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) asal Lampung mengatakan, Jawa Tengah merupakan provinsi yang memberi contoh baik dalam persoalan anak dan perempuan.

“Bagi saya Jateng salah satu percontohan yang baik, karena untuk tingkat penanganan persoalan perempuan dan anak banyak prestasi yang didapat,” ujarnya.

Dia berharap, pertemuan ini bisa memotivasi para delegasi AYIC untuk menyuarakan keberagaman, kesatuan dan perbedaan.

“Dan bisa menyelesaikan persoalan-persoalan yang ada, sehingga terjadi unity in diversity itu,” tuturnya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *