Pembetonan Jalan Pedesaan di Cilacap Dongkrak Perekonomian Desa
CILACAP[Berlianmedia] – Kepala Desa Pesanggrahan, Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap Tugiman mengatakan, betonisasi jalan pedesaan di wilayahnya mampu meningkatkan perekonomian desa dan masyarakat.
“Dampaknya di perekonomian desa maupun warganya sangat signifikan. Bahkan kita sedang membangun Kampung Durian yang akan kita jadikan destinasi Wisata Kampung Durian, karena akses jalan sudah baik, mudah dan nyaman,” ujarnya, Senin (8/8).
Dia menambahkan, pembetonan jalan yang menghubungkan empat desa (Pesanggrahan, Jengkol, Keleng dan Ciwuni) di Kecamatan Kesugihan, Kabupaten Cilacap, sepanjang delapan kilometer itu , kini menjadi kemudahan akses transportasi yang berdampak mendongkrak perekonomian warga.
Jalan yang tersebut dibangun dari dana gotong royong dan mendapat bantuan Pemprov Jateng Rp7 miliar, anggaran Pemerintah Pusat Rp5 miliar dan Pemkab Cilacap Rp4 miliar.
Kampung Durian merupakan edukasi wisata terutama di bidang budidaya durian dan palawija lain. Ke depan, bagi wisatawan selain dapat belajar budidaya tanaman juga dapat menikmati buahnya.
“Ini sedang kita rintis. Ya di lokasi kita tanami durian dan ada gazebo-gazebo,” tutur Tugiman.
Dia menuturkan, kondisi jalan yang sebelumnya berupa aspal sudah rusak karena sering dilintasi truk galian C, kini sudah bagus dan menjadi akses utama warga di wilayah itu.
“Dulunya rusak, aspal rusak karena dilalui truk batu. Tapi sekarang sudah ditata bagus. Otomatis meningkatkan kesejahteraan masyarakat, karena untuk hasil pertanian dulu dipikul, sekarang sudah bisa pakai motor atau mobil,” ujarnya.
Senada, tokoh Masyarakat Desa Pesanggrahan, Tugiyo mengatakan dampak positif setelah betonisasi jalan tersebut berupa peningkatan perekonomian yang sangat tajam.
“Dampak postifnya menunjukkan perekonomian dalam satu tahun meningkat tajam, dengan munculnya banyak warung muncul di pinggir jalan. Bahkan agrowisata Kampung Durian yang baru dirintis itu, mampu menyedot wisatawan terutama mereka pesepeda semakin bertambah,” tutur Tugiyo.
Selain itu, lanjutnya, kemudahan akses jalan juga dirasakan oleh para petani. Dulu saat jalan masih rusak, petani terpaksa memikul hasil panennya untuk dijual. Namun, sekarang sudah bisa pakai kendaraan bermotor.
“Ada 80% warga di daerah itu bekerja sebagai petani. Untuk mengangkut hasil panen sangat memprihatinkan yakni dipikul. Setelah jalan dibangun pikulannya hilang, dampak pembangunan jalan pengangkutan hasil pertanian mudah dan memangkas pengeluaran dari petani. Hasil bumi, sementara unggulannya singkong, cengkeh, kelapa, makanan tradisional semacam gadung,” ujarnya.
Kondisi itu, tutur Tugiyo, juga membuat harga lahan atau tanah naik drastis. Harga tanah yang dulunya hanya Rp500.000 sampai Rp1 juta per satu ubin setara 14 meter persegi, kini naik di atas Rp3 juta.