Membangun Masa Depan Pendidikan Agama Islam dengan Terobosan Kurikulum Merdeka yang Lebih Relevan dan Dinamis
SEMARANG (Berlianmedia) Pendidikan agama Islam memiliki peran penting dalam membentuk karakter dan moral generasi muda (Husna, 2020). Namun, di era globalisasi dan digitalisasi saat ini, kurikulum pendidikan agama Islam sering kali dianggap kurang relevan dengan kebutuhan zaman. Oleh karena itu, diperlukan terobosan yang signifikan dalam merancang kurikulum yang lebih relevan dan dinamis. Langkah ini akan memastikan bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan nilai-nilai spiritual, tetapi juga mampu membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan dalam menghadapi tantangan masa depan.
Kurikulum pendidikan agama Islam yang ada saat ini sering kali masih menggunakan pendekatan tradisional yang kurang responsif terhadap perkembangan zaman (Maulana, 2019). Banyak materi yang diajarkan masih berfokus pada hafalan dan pengetahuan teoritis tanpa mengaitkannya dengan konteks kehidupan sehari-hari. Hal ini mengakibatkan siswa sulit melihat relevansi pendidikan agama dalam kehidupan mereka, sehingga mempengaruhi minat dan motivasi belajar.
Untuk itu, penting bagi pembuat kebijakan dan pendidik untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kurikulum yang ada. Salah satu pendekatan yang bisa diambil adalah dengan mengintegrasikan nilai-nilai agama Islam dengan berbagai disiplin ilmu lain, seperti sains, teknologi, dan sosial (Syarifuddin, 2018). Misalnya, konsep keadilan dan kemanusiaan dalam Islam dapat dikaitkan dengan mata pelajaran sosial dan sejarah, sehingga siswa dapat memahami penerapan nilai-nilai tersebut dalam konteks yang lebih luas.
Selain memperbarui kurikulum, metode pembelajaran juga perlu mendapatkan perhatian (Wahid, 2021). Pendekatan yang lebih interaktif dan partisipatif dapat meningkatkan keterlibatan siswa dalam proses belajar. Penggunaan teknologi, seperti aplikasi pembelajaran digital dan platform e-learning, dapat menjadi alat yang efektif untuk menyampaikan materi dengan cara yang lebih menarik dan mudah dipahami.
Metode pembelajaran berbasis proyek (project-based learning) juga dapat diterapkan untuk membantu siswa mengaplikasikan konsep-konsep agama Islam dalam situasi nyata (Zainuddin, 2021). Sebagai contoh, siswa dapat diajak untuk mengembangkan proyek sosial yang bertujuan untuk membantu masyarakat sekitar, yang tentunya selaras dengan ajaran Islam tentang kepedulian sosial dan gotong royong. Dengan demikian, siswa tidak hanya belajar teori, tetapi juga menerapkan nilai-nilai tersebut secara langsung dalam kehidupan mereka.
Indonesia dikenal sebagai negara dengan keberagaman budaya dan agama. Oleh karena itu, kurikulum pendidikan agama Islam juga harus mampu mengakomodasi keberagaman ini (Hidayat, 2022). Dalam merancang kurikulum yang lebih relevan dan dinamis, penting untuk mempertimbangkan konteks lokal dan kebutuhan masyarakat setempat. Misalnya, kurikulum di daerah pedesaan mungkin perlu disesuaikan dengan kondisi dan tantangan yang dihadapi oleh masyarakat di sana, sementara kurikulum di kota besar mungkin perlu lebih menekankan pada isu-isu modern yang relevan dengan kehidupan urban.
Pendekatan yang kontekstual ini akan membuat pendidikan agama Islam lebih inklusif dan mampu menjawab berbagai tantangan yang dihadapi oleh siswa di berbagai daerah. Selain itu, ini juga akan menumbuhkan rasa kebanggaan dan keterikatan siswa terhadap nilai-nilai agama yang mereka pelajari, karena mereka dapat melihat relevansi dan aplikasinya dalam kehidupan sehari-hari (Azis, 2023). Lebih jauh lagi, integrasi nilai-nilai lingkungan dalam kurikulum agama Islam dapat menjadi respon yang relevan terhadap tantangan lingkungan global saat ini (Mardhiyah, 2022).
Untuk mewujudkan kurikulum pendidikan agama Islam yang lebih relevan dan dinamis, diperlukan kolaborasi antara berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, akademisi, dan masyarakat. Pemerintah memiliki peran penting dalam menyediakan kerangka kebijakan yang mendukung inovasi kurikulum. Lembaga pendidikan dan akademisi dapat berkontribusi dalam penelitian dan pengembangan materi serta metode pembelajaran yang efektif. Sementara itu, partisipasi masyarakat, termasuk orang tua dan tokoh agama, juga penting dalam memberikan masukan dan dukungan terhadap implementasi kurikulum yang baru.
Membangun masa depan pendidikan agama Islam yang lebih relevan dan dinamis adalah tantangan yang kompleks namun sangat penting. Dengan mengadopsi pendekatan yang lebih integratif, inovatif, dan kontekstual, serta melalui kolaborasi berbagai pihak, kita dapat memastikan bahwa pendidikan agama Islam tidak hanya mengajarkan nilai-nilai spiritual tetapi juga membekali siswa dengan keterampilan dan pengetahuan yang relevan untuk masa depan. Dengan demikian, pendidikan agama Islam dapat menjadi landasan yang kuat bagi generasi muda dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Oleh : Muhammad Iqbal Saputra. Mahasiswa UIN Raden Mas Said Sukoharjo Program Studi PAI Semester 4