Lema Kamus Berperan Memengaruhi Cara Berbahasa

Oleh : Nia Samsihono

Lema merupakan elemen dasar yang memainkan peran krusial dalam kamus bahasa. Dalam dunia linguistik, lema adalah bentuk dasar dari kata, yang biasanya berupa bentuk infinitif atau bentuk nominatif dari kata tersebut.

Lema adalah bentuk dasar dari sebuah kata yang dicantumkan dalam kamus. Misalnya, dalam bahasa Indonesia, kata “berlari” akan diwakili oleh lema “lari”. Begitu pula dengan “bernyanyi” yang diwakili oleh “nyanyi”. Lema memudahkan pencarian kata dalam kamus dan memberikan titik awal untuk memahami kata tersebut dan segala bentuk turunannya.

Dengan adanya lema, pengguna tidak perlu mencari semua bentuk kata yang berbeda-beda, cukup mencari bentuk dasarnya. Lema memungkinkan para penyusun kamus untuk menata makna dari kata-kata turunan secara lebih terstruktur. Ini membantu dalam memberikan penjelasan yang lebih komprehensif tentang bagaimana kata tersebut digunakan dalam berbagai konteks.

Informasi di dalam kamus disederhanakan oleh lema, yaitu dengan mengelompokkan berbagai bentuk kata yang memiliki akar yang sama. Hal ini membuat kamus lebih mudah digunakan dan dipahami oleh pengguna dari berbagai latar belakang pendidikan.

Contoh Penggunaan Lema

Dalam kamus bahasa Inggris, kata kerja seperti “running” atau “ran” akan dikategorikan di bawah lema “run“. Begitu juga dalam bahasa Indonesia, kata “bermain” atau “mainan” akan dikategorikan di bawah lema “main”. Contoh-contoh ini menunjukkan bagaimana lema bekerja sebagai penghubung antara berbagai bentuk kata yang memiliki akar yang sama.

Dengan memahami lema, pelajar bahasa dapat lebih mudah menghafal dan memahami berbagai bentuk kata. Ini membantu dalam memperluas kosakata dan meningkatkan kemampuan berbahasa secara keseluruhan.

Lema juga penting dalam analisis linguistik, karena memungkinkan para ahli bahasa untuk melacak perubahan bentuk kata dan perkembangan bahasa dari waktu ke waktu. Dalam pengembangan kurikulum pembelajaran bahasa, lema digunakan sebagai dasar untuk menyusun materi ajar yang sistematis dan mudah dipahami. Lema memiliki peran yang sangat penting dalam kamus bahasa.

Dengan menyediakan bentuk dasar dari kata, lema mempermudah pencarian, penyusunan makna, dan penyederhanaan informasi dalam kamus. Selain itu, lema juga berkontribusi besar dalam pembelajaran bahasa dan analisis linguistik. Oleh karena itu, memahami dan mengapresiasi peran lema adalah langkah penting dalam upaya memahami dan mempelajari bahasa secara lebih mendalam.

Peran lema dalam kamus bahasa adalah fondasi yang kokoh untuk memahami kompleksitas dan kekayaan sebuah bahasa. Dengan mengetahui fungsi dan pentingnya lema, kita dapat lebih menghargai dan memanfaatkan kamus sebagai alat yang vital dalam pembelajaran dan penggunaan bahasa sehari-hari.

Penyusunan kamus bahasa memerlukan waktu bertahun-tahun dan tidak akan pernah selesai mengikuti perkembangan bahasa yang digunakan masyarakat untuk berbahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kemendikbud  disusun oleh Pusat Bahasa (Badan Bahasa) dan KBBI edisi pertama memuat 62.000 lema, diterbitkan dan diluncurkan pada Kongres Bahasa Indonesia V, 28 Oktober 1988. Edisi kedua tahun 1991 menjadi  72.000 lema, edisi ketiga tahun 2000 menjadi 78.000 lema, edisi keempat tahun 2008 menjadi 90.00 lema. Tahun 2016–2019 edisi kelima  menjadi 110.538 lema, dan edisi keenam diluncurkan 28 Oktober 2023 bertepatan dengan Kongres Bahasa Indonesia VII sudah menjadi 120.465. Setelah bahasa Indonesia ditetapkan sebagai bahasa resmi Sidang Umum UNESCO pada tahun 2023, Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa terus berpacu meningkatkan jumlah lema dalam kamus. Kepala Badan Bahasa, E. Amnudin Aziz menyatakan pada Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi X DPR RI pada 10—12 Juni 2024 di Jakarta (kemdikbud.go.id.) akan menambah lema kamus hingga 200.000.

Di dunia bahasa (linguistik), penyusunan kamus adalah proses yang rumit dan memerlukan ketelitian tinggi. Salah satu pertanyaan menarik yang muncul adalah: seberapa banyak lema (kata entri) yang dapat dimasukkan ke dalam kamus dalam satu tahun? Menjawab pertanyaan ini membutuhkan pemahaman tentang berbagai faktor yang mempengaruhi proses penyusunan kamus. Setiap bahasa memiliki kompleksitas dan dinamika sendiri. Bahasa yang banyak dipakai dan terus berkembang, seperti bahasa Inggris, dapat mengalami penambahan banyak kata baru setiap tahunnya.

Penelitian menunjukkan bahwa ribuan kata baru dapat muncul dalam satu tahun, terutama dari bidang teknologi, media sosial, dan budaya populer. Lema yang akan dimasukkan harus diterima oleh masyarakat sebagai bagian dari bahasa Indonesia. Ini termasuk penyesuaian ejaan dan pengucapan yang sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia. Proses ini sering kali melibatkan adaptasi kata asing menjadi lebih mudah diucapkan oleh penutur bahasa Indonesia.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Foto : wikipedia.org

Contoh:

Kata “komputer” yang berasal dari bahasa Inggris “computer” telah mengalami penyesuaian ejaan sehingga lebih sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia.

Kata-kata baru dari teknologi dan internet seperti “selfie,” “hashtag,” dan “blockchain.”Istilah-istilah dari budaya populer seperti “stan” (penggemar berat) dan “binge-watch” (menonton berantai).

Tim penyusun kamus menggunakan berbagai metode untuk mengumpulkan dan menganalisis data kata baru. Teknologi modern memungkinkan penggunaan korpus besar dan analisis otomatis, yang dapat mempercepat proses identifikasi dan verifikasi kata baru. Teknik yang digunakan, yaitu menggunakan kumpulan teks digital besar untuk melacak penggunaan kata dan mengidentifikasi seberapa sering kata baru digunakan dalam berbagai konteks. Jumlah lema yang dapat dimasukkan dalam satu tahun juga sangat bergantung pada sumber daya yang tersedia. Ini termasuk jumlah leksikografer (penyusun kamus), teknologi yang digunakan, dan dana yang dialokasikan untuk proyek tersebut. Tim Leksikografer juga harus semakin banyak dan terlatih timnya, semakin cepat dalam melakukan proses penyusunan. Peralatan komputer menggunakan software canggih untuk analisis data dan penyusunan kata.

Tidak semua kata baru langsung masuk ke dalam kamus. Setiap kamus memiliki standar dan kriteria tertentu untuk menyertakan sebuah kata. Faktor seperti frekuensi penggunaan, durasi penggunaan, dan relevansi dalam konteks budaya semuanya dipertimbangkan. Seberapa sering kata digunakan dalam teks dan percakapan sehari-hari.

Bagaimana stabilitas kata dalam penggunaan jangka panjang, bukan sekadar tren sementara.

Saat menggabungkan semua faktor di atas, estimasi jumlah lema yang dapat dimasukkan ke dalam kamus dalam satu tahun bervariasi. Untuk bahasa dengan dinamika tinggi seperti bahasa Inggris, beberapa sumber menyebutkan bahwa sekitar 1.000 hingga 2.000 kata baru dapat ditambahkan setiap tahunnya oleh penerbit besar seperti Oxford English Dictionary.

Proses penambahan lema ke dalam kamus adalah pekerjaan yang kompleks dan melibatkan banyak aspek. Dengan perkembangan teknologi dan metodologi penelitian yang semakin canggih, potensi untuk memasukkan lebih banyak kata dalam satu tahun semakin besar. Namun, faktor manusia, sumber daya, dan standar kualitas tetap menjadi kunci utama dalam menentukan jumlah lema yang bisa dimasukkan setiap tahunnya. Penyusunan kamus adalah cerminan dari perkembangan bahasa itu sendiri. Oleh karena itu, jumlah lema yang ditambahkan setiap tahunnya tidak hanya menunjukkan kerja keras tim penyusun kamus, tetapi juga dinamika dan evolusi bahasa dalam masyarakat. Syarat-syarat untuk sebuah lema masuk ke dalam Kamus Bahasa Indonesia mencerminkan pentingnya keseimbangan antara penggunaan yang luas, keberterimaan oleh masyarakat, kestabilan makna, kebutuhan bahasa, serta dokumentasi dan bukti penggunaan. Dengan memenuhi syarat-syarat ini, sebuah lema dapat diakui dan dimasukkan ke dalam kamus, sehingga memperkaya bahasa Indonesia dan memudahkan komunikasi yang efektif dan baku di kalangan penutur bahasa.

Bagi pengguna kamus, terutama mereka yang belajar bahasa baru, lema memberikan kemudahan dalam mencari kata dan memahami artinya. Dengan mengetahui bentuk dasar dari suatu kata, pengguna bisa dengan cepat menemukan kata tersebut dalam kamus dan mempelajari lebih lanjut tentang kata tersebut. Dalam konteks pembelajaran bahasa, lema sangat membantu siswa dalam memahami kata-kata dalam bahasa target. Dengan mempelajari lema, siswa bisa lebih mudah mengingat dan menggunakan kata-kata tersebut dalam berbagai bentuk dan konteks.

 

Nia Samsihono adalah Ketua Umum Satupena DKI Jakarta

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *