LBH Petir Pertanyakan Kebenaran Pernyataan Kapolrestabes Semarang Terkait Penembakan Siswa SMK Oleh Oknum Polisi
SEMARANG [Berlianmedia]– Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pengemban Titipan Rakyat (Petir) mempertanyakan kebenaran pernyataan Kapolrestabes Semarang, dalam video yang beredar di media sosial (medsos), terkait penembakan yang dialami GRO, siswa SMK Negeri 4 Semarang, yang dilakukan oleh oknum Polisi.
Pernyataan itu disampaikan oleh Koordinator LBH Petir, Zaenal Abidin, saat konferensi pers didampingi Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan Agus Riswantini dan beberapa rekan GRO, di ruang rapat SMK Negeri 4 Semarang Jalan Pandanaran Semarang, Selasa (26/11).
Sebab menurut Zaenal, tuduhan tersebut bertentangan dengan kesaksian pihak sekolah dan teman-teman korban, yang menggambarkan korban sebagai siswa berprestasi dan tidak memiliki catatan negatif di sekolahnya.
“Korban adalah anggota Paskibra dan telah memenangkan lomba Peraturan Baris-Berbaris (PBB) di Akpol. Ini membuktikan bahwa dia adalah siswa yang baik dan berprestasi,” tegas Zaenal Petir, sapaan akrabnya.
Oleh sebab itu, lanjutnya, pernyataan Kapolrestabes Semarang terkait penembakan siswa oleh polisi sebagai anggota geng motor atau “kreak” perlu ditelusuri kebenarannya.
Karena dinilai, polisi telah melakukan kekeliruan, maka diharapkan Kapolrestabes yang sudah membuat statemen melakukan klarifikasi ulang. Sebab tiga anak SMK Negeri 4 Semarang tersebut, ditembak oknum polisi Satres Narkoba dan hal itu harus di ungkap kebenarannya.
“Karena menurut Saya, ada hal-hal yang ditutup-tutupi, ada hal yang saya menduga itu tidak fair atas pernyataan dari Kapolrestabes, yang menyebutkan korban melakukan perlawanan,” ungkap Zaenal.
Zaenal juga meminta Kapolres untuk lebih fokus mengungkap kasus penembakan terhadap siswa SMK daripada mengaitkan dengan kasus tawuran .
“Jadi locus delicity dan tempusnya jangan dicampur dengan yang lain,” tandasnya.
Karena pada saat itu, imbuh Zaenal Petir, Polrestabes sedang melakukan pengamanan di tiga tempat tawuran atau kreak, tolong di fokuskan yang ini (kasus penembakan, red) bukan yang lain,
Karena siswa SMK yang menjadi korban penembakan bukan kreak atau anggota gangster.
Oleh sebab itu, perlu dibentuknya tim pencari fakta independen, yang melibatkan Kompolnas, Komnas HAM, dan Komisi III DPR RI untuk menyelidiki kasus ini secara menyeluruh.
“Saya tidak meyakini bila siswa SMK itu ikut dalam tawuran, makanya saya berharap, Mabes Polri, Komnas HAM, Komnas anak, kompolnas dan komisi 3 DPR untuk segera turun tangan untuk melihat secara langsung melakukan investigasi, dan membentuk tim pencari fakta,” tegas Zaenal.
Zaenal juga mengakui, bahwa banyak informasi simpang siur yang berkembang, ada yang menyebutkan kasus itu bermula karena ada serempetan antara korban dengan anggota sehingga polisi tidak terima dan menembak korban, sehingga perlu tim pencari fakta, independen untuk mencari fakta untuk memastikan kebenaran kejadian tersebut.
Zaenal juga meminta pada Propam Polrestabes bahkan Polda Jateng, untuk segera menjelaskan pada masyarakat, apakah ada pelanggaran dalam peristiwa itu.
“Kami melakukan investigasi untuk mengetahui secara langsung kronologis kejadian tersebut,” jelas Zaenal
Di tempat yang sama, salah satu teman korban, M. Rasya, yang merupakan Ketua Paskibra SMK Negeri 4 Semarang, serta Andini, salah satu anggota Paskibra, mengungkapkan kesedihan mereka atas kepergian korban yang dinilai sebagai sosok baik, sopan, dan rajin mengikuti pengajian.
Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan SMK 4 Semarang, Agus Riswantini, juga menyatakan bahwa korban tidak pernah menunjukkan perilaku buruk ataupun catatan buruk selama di sekolah.
Pihak keluarga, sekolah, dan masyarakat berharap, adanya keadilan dan transparansi dalam pengungkapan kasus ini, agar tidak ada stigma negatif terhadap korban yang telah berpulang.