Komitmen Rumah Sakit Belanja Alkes Dalam Negeri Dipertegas  

SOLO[Berlianmedia] – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI memberikan apresiasi bagi tiga rumah sakit di Jawa Tengah, telah berkomitmen membelanjakan anggarannya lebih dari 50 persen pengadaan belanja alat kesehatan (alkes) produk dalam negeri.

Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan L Rizka Andalucia menuturkan, secara global, penggunaan alat kesehatan produksi dalam negeri di Jawa Tengah masih belum memuaskan, yakni 23,17 persen. Namun terdapat rumah sakit yang sudah menunjukkan komitmennya untuk menggunakan produksi dalam negeri, sehingga perlu diapresiasi.

Ia menjelaskan, selama periode Januari hingga Agustus 2022, tiga rumah sakit yang belanjanya tinggi adalah RSUD Budi Rahayu Kota Magelang. Rumah sakit ini melakukan transaksi alkes buatan dalam negeri hingga 99 persen.

Tertinggi kedua adalah RSJ Kota Surakarta. Belanja alkesnya sebesar 76,41 persen dan berikutnya adalah RSJ Amino Gondohutomo dengan total belanja alkes dalam negeri sebesar 66,12 persen.

“Tingginya transaksi alat medis dalam negeri itu, dimonitoring Kemenkes melalui Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa serta Bahan Medis Habis Pakai (BMHP),” tuturnya di sela acara Fasilitasi Pengembangan Alkes Produksi UMKM, di Hotel Alila Solo, Jumat (19/8).

Sementara itu, Wakil Gubernur Jawa Tengah Taj Yasin Maimoen merespon positif apresiasi yang telah diberikan Kemenkes. Pihaknya optimis, ini akan memicu rumah sakit lain untuk ikut belanja alkes dalam negeri.

“Saya yakin setelah ada kegiatan ini, rumah sakit-rumah sakit akan berlomba-lomba untuk membeli alat kesehatan dari produk dalam negeri,” ujarnya.

Agar penggunaan alat kesehatan dalam negeri semakin masif, Wagub berpandangan, tenaga medis maupun paramedis juga perlu aktif mensosialisasikannya. Sebab, biasanya, pasien akan meminta rekomendasi alat medis maupun obat dari dokternya. Pada saat awal-awal penggunaan, kata Wagub, mungkin masih perlu penyempurnaan. Penyempurnaan itu lebih mudah dilakukan, karena produsennya dari dalam negeri. Semakin sering digunakan, maka alat kesehatan itu bisa semakin sempurna.

“Saya juga berpesan kepada para pelaku kesehatan, yang mana di sini tenaga medis. Masih sering saya jumpai, masih sering saya dengar, ketika mau beli alkes itu bertanya dulu kepada dokternya. Saya khawatir kalau dokter ini nanti munculnya, Pak biasanya saya pakai alat ini yang notabenenya bukan produk Indonesia. Maka ini harus diubah,” ujarnya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *