Jateng Menjadi Daerah Favorit Investasi Bagi Investor

SEMARANG[Berlianmedia] – Upaya untuk mempercepat mendorong pemulihan pertumbuhan ekonomi di Jateng, dengan meningkatkan investasi dinilai salah satu strategi paling tepat, setelah sempat mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi, akibat dihantam pandemi Covid-19.

Berbagai strategi mulai dilakukan untuk menarik investor agar berminat menginvestasikan modalnya di Jateng, baik untuk pendirian industri baru maupun perluasan pabrik serta menggarap potensi proyek unggulan di berbagai daerah di provinsi ini.

Strategi jitu, bakal dilakukan Pemprov Jateng di antaranya tetap akan menggelar rutin Central Java Investment Business Forum (CJIBF) dan melakukan tour penawaran serta promosi investasi dengan rencana sejumlah proyek berbagai sektor yang akan dibangun dan dikembangkan untuk ditawarkan kepada investor.

“Kami siap jurus jitu salah satunya tour penawaran dan promosi investasi dengan rencana sejumlah proyek berbagai sektor yang akan dibangun dan dikembangkan kepada investor,” ujar Gubernur Jateng Ganjar Pranowo.

Menurutnya, sejumlah proyek yang ditawarkan dan sudah clean and clean mencapai sebanyak 63 proyek meliputi 36 proyek sektor pariwisata, 8 sektor pertanian, 4 manufaktur, 7 infrastruktur, 1 energi, 7 properti dan 58 aset milik Pemprov Jateng dari BUMN dan BUMD.

Sedangkan jurus lain dengan tetap menggelar CJIBF rutin setiap tahun dengan menawarkan sejumlah proyek ungggulan di berbagai sektor, sebagai upaya untuk menarik investor sebanyak mungkin.

Bahkan CJIBF 2021 yang telah digelar di Hotel Tentrem Semarang pada 11-12 November 2021 lalu dengan dihadiri ratusan calon investor baik dari dalam maupun luar negeri mulai diminati setelah mereka melihat potensi investasi di berbagai daerah di Jawa Tengah.

Pesta invetasi itu berhasil menciptakan nilai kepeminatan investasi sebesar Rp39 triliun, mengalami kenaikan dibading 2020 lalu, yang hanya membukukan kepeminatan senilai Rp22 triliun.

Ganjar memang sedang menggenjot untuk mendatangkan investor ke Jawa Tengah. Menurutnya, saat ini moment yang tepat untuk membangkitkan ekonomi karena pandemi sudah mulai tertangani.

“Maka kita dorong terus agar investasi bisa tumbuh, termasuk kita mendorong agar kawasan industri termasuk kawasan ekonomi khusus di Jateng bisa segera dioperasionalkan,” tuturnya.

Semua pihak, tutur Ganjar, diminta mendukung peningkatan investasi di Jawa Tengah. Semua kepala daerah harus mempermudah calon investor menanamkan modalnya di Jawa Tengah.

“Kemudahan-kemudahan itu yang mereka butuhkan, stabilitas sosial dan politik juga penting bagi mereka. Tidak boleh lagi ada yang dipersulit, ada pungli dan hal lain yang membuat calon investor kesulitan,” ujarnya.

Percepatan investasi, lanjutnya, dirasa paling cepat untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi Jateng. Bahkan sejumlah perusahaan besar dari luar negeri berencana berinvestasi ke Jateng dalam waktu dekat.

Selain mengoptimalkan peluang investasi, Ganjar juga telah mendesign APBD 2021 sebagai APBD Pertolongan. Beberapa program disiapkan untuk menyelamatkan sejumlah sektor, termasuk pemulihan ekonomi.

“APBD 2021 kami harapkan lebih banyak didesign agar lebih banyak dikerjakan dengan cara padat karya, sehingga ini bisa mendongkrak ekonomi,” tuturnya.

Geliat Ekonomi Menguat

Kepala Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (DPMPTSP) Jateng, Ratna Kawuri menuturkan pesta investasi yang digelar 10-11 November tahun lalu itu, tercatat ada 44 Letter of Intent (LoI). Hal itu menunjukan geliat perekonomian dan kepercayaan investor pada Jawa Tengah mulai menguat.

Dari rencana nilai investasi yang dibukukan pada CJIBF 2021 sebesar Rp39 triliun, terdiri dari Rp 9,84 triliun dan US$2,04 miliar atau setara Rp29,16 triliun.

“Ini kan suatu yang luar biasa ya, makanya ini justru ini menjadi tantangan dan blessing agar kepeminatan ini netes (menetas),” tuturnya, dalam jumpa pers di Aula DPMPTSP Jateng, 15 November tahun lalu.

Menurutnya, negara asal investor di antaranya dari Singapura, Jepang, India, Tiongkok, Australia dan pemodal dari dalam negeri. Mereka meminati investasi dari bidang energi, manufaktur, jasa, pariwisata, properti dan infrastruktur.

Sementara, lokasi di Jawa Tengah yang banyak diminati calon investor meliputi Kota Semarang,  Kabupaten Jepara, Kabupaten Pemalang, Kabupaten Kendal dan Kabupaten Brebes. Adapula Kawasan Industri Terpadu Batang, Kawasan Industri Wijayakusuma, Jatengland Industrial Park Sayung dan Kawasan Industri Aviarna.

Dari ajang CJIBF tercatat, ada 12 pemodal yang berencana menanamkan modal di kawasan-kawasan industri tersebut.

Ratna menambahkan pihaknya akan mengawal kepeminatan investasi itu agar dapat direalisasikan, di antaranya membentuk satuan tugas (satgas) investasi, yang bertugas untuk melakukan pendampingan, memberikan akses informasi dan mendampingi calon investor melakukan survei ke kawasan industri .

Menurutnya, sejak 2017 realisasi kepeminatan dari ajang CJIBF rerata berkisar 42%. Pada 2020, dari 26 kepeminatan sekitar 25% direalisasikan dalam bentuk Izin Usaha. Kemudian di 2019 tercatat ada 31 izin usaha, 2018 ada 35 izin usaha dan di 2017 ada 20 izin usaha.

“Harapannya memang 100%, namun bicara proses bisnis kan panjang. Termasuk mempertimbangkan kemampuan fiskal perusahaan. Dari 2020-2021 banyak yang masih terkendala finansial karena mengalokasikan untuk penanganan Covid-19,” ujarnya.

Selain itu, pihaknya akan melakukan verifikasi atas kepeminatan investasi. Kemudian melakukan promosi peluang investasi yang siap ditawarkan melalui kerja sama dengan berbagai pihak.

Jawa Tengah memang menjadi daerah favorit investor melakukan kegiatan bisnisnya. Sejumlah investor asing menilai iklim kondusif dan banyaknya kemudahan menjadi alasan kuat mereka menanamkan modalnya di Jawa Tengah.

Sejumlah pengusaha dari luar negeri menuturkan sangat senang berinvestasi di Jateng karena menilai banyak hal baik di provinsi itu.

“Saya tertarik berinvestasi di Jawa Tengah karena upah minimumnya yang kompetitif. Selain itu, Jateng memiliki sumber daya manusia yang berkualitas. Mereka cepat belajar, rajin, pekerja keras dan kooperatif,” ujar Ketua Central Java Korea Foundation, Hwan Chae saat acara CJIBF 2021 lalu.

Selain itu, lanjutnya, Jateng juga memiliki konektivitas transportasi darat dan laut yang sangat menunjang kegiatan ekspor impor. Ditambah lagi, adanya jalan tol yang membentang dari Jakarta ke Surabaya, sehingga membuat Jateng semakin terkoneksi.

“Selain itu, kemudahan perizinan dan sikap kooperatif selalu ditunjukkan Pemprov Jateng. Dalam tiga bulan saja, kita sudah bisa memulai aktivitas bisnis di Jateng,” tuturnya.

Senada General Manager PT Shoenary Javanesia Inc, Chang Lee mengatakan kemudahan perizinan di Jateng sangat baik. Semua perizinan tidak lagi manual, melainkan secara online.

Dengan  demikian, tutur Chang Lee, jika dibandingkan dengan proses terdahulu, lebih menguntungkan saat ini karena bisa menghemat waktu dan lebih nyaman.

Tak hanya itu, dia juga mengapresiasi vaksinasi yang gencar dilakukan oleh Pemprov Jateng. Hal itu membuat kegiatan operasional perusahaannya menjadi lebih aman.

“Keberadaan infrastruktur, proses rekrutmen pekerja dan kondisi lingkungan di Jateng juga lebih atraktif dibandingkan dengan provinsi lain. Maka jangan pernah ragu untuk berinvestasi ke Jawa Tengah,” ujarnya.

Presiden Direktur PT Nestle Indonesia, Ganesan Ampalavanar menuturkan Jawa Tengah menjadi salah satu provinsi jujugan investor karena Pemerintah Pusat terus mempercepat pengembangan daerah ini.

“Dengan lokasinya yang sangat strategis dan komitmen yang ditunjukan Pemprov Jateng untuk mendukung kegiatan usaha, maka kami memutuskan untuk meletakkan salah satu investasi strategis di Jateng. Kami membangun pabrik di lahan seluas 20 hektare di Batang,” tuturnya.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *