Jateng Kaya Falsafah Lokal Sebagai Spirit Pembangunan
SEMARANG[Berlianmedia] – Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang tidak hanya hanya kaya dengan sumberdaya alam maupun SDM. Provinsi dengan lebih dari 33 juta penduduk ini, juga mempunyai kekayaan budaya yang mengandung nilai-nilai sosial, budaya, dan menjadi karakter bangsa.
Wakil Gubernur Jawa TengahTaj Yasin Maimoen mengatakan Jawa Tengah memiliki kekayaan falsafah lokal yang menjadi spirit pembangunan nasional. Baik pembangunan secara fisik, maupun pembangunan karakter sumberdaya manusia.
Dia menambahkan, ada trilogi khas Jawa Tengah yang relevan dan compatible sebagai spirit pembangunan nasional.
“Pertama, mangasah mingising budi adalah falsafah yang menghendaki adanya sarana untuk mengasah ketajaman akal dan budi. Mengasah kecerdasan intelektual sekaligus kepekaan moral dan nurani,” ujarnya saat menjadi keynote speaker dalam kegiatan Djawa Soegih International Seminar, yang diselenggarakan Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS), secara virtual, di Rumah Dinas Rinjani, Senin (5/9).
Jika diaktualisasikan dalam pembangunan, tutur Taj Yasin, pembangunan harus diarahkan untuk memperkuat penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi, sebagai basis pembangunan intelektual. Di sisi lain, pembangunan juga harus memperhatikan kelestarian lingkungan serta pembangunan berkelanjutan.
“Kedua, memasuh malaning bumi adalah falsafah yang menghendaki setiap manusia untuk membersihkan segala sesuatu yang mengotori kehidupan,” tutur Taj Yasin.
Dalam konteks pembangunan, lanjutnya, aktualisasi dari falsafah tersebut adalah membersihkan narasi-narasi kotor dan membersihkan niat dalam pembangunan. Membangun hanya semata-mata untuk menyejahterakan dan mencerdaskan rakyat. Menghindari korupsi, kolusi, suap, kongkalikong, dan gratifikasi dalam proses pembangunan bangsa, adalah contoh praktik dari falsafah ini.
“Ketiga, memayu hayuning bawana adalah falsafah yang menghendaki setiap manusia agar memperindah keindahan dunia, serta mengusahakan keselamatan, kebahagiaan, dan kesejahteraan hidup,” ujarnya.
Dalam kosmologi masyarakat Jawa Tengah, memayu hayuning bawana mengejawantah sebagai spiritualitas budaya, yang mengutamakan keharmonisan dalam hidup. Dalam konteks pembangunan, falsafah tersebut dapat diaktualisasikan dengan prinsip pemerataan pembangunan, agar tidak tercipta kesenjangan sosial yang dapat merusak keharmonisan kehidupan.
Apabila dielaborasi secara konstruksional, tutur Taj Yasin, tiga falsafah Jawa Tengah di atas berderivasi pada tiga nilai esensial pembangunan nasional. Yakni, pembangunan sumberdaya manusia berbasis pembangunan berkelanjutan, pembangunan kesejahteraan, dan pemerataan pembangunan.
Taj Yasin mengajak agar falsafah-falsafah tersebut terus dilestarikan, menjadi dasar dari setiap tindakan warga Jawa Tengah, baik dalam kehidupan keseharian, maupun dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.