Jadi Dua Lajur, Jembatan Senowo Mampu Dongkrak Perekonomian
MAGELANG[Berlianmedia] – Jembatan Senowo di Desa Dukun, Kecamatan Dukun, Kabupaten Magelang kini menjadi penghubung antar kabupaten dan mampu mendongkrak perekonomian desa, setelah dibangun menjadi dua lajur dengan dana Bantuan Provinsi (Banprov) 2021 senilai Rp7,5 miliar.
Sekretaris Desa Dukun, Yudo Wasito menuturkan, semula jembatan Senowo hanya satu lajur dan harus bergantian jika dilalui kendaraan roda empat, seperti truk pengangkut sayur, karena sempit sehingga sering terjadi kecelakaan. Bahkan ketika gunung Merapi mengalami erupsi, sering terjadi kecelakaan mengingat jalannya menanjak dan sempit.
Kini kondisinya berbeda, lanjutnya, setelah dibangun dan diperluas menjadi dua lajur berkat Banprov 2021 senilai Rp7,5 miliar , jembatan Senowo sehingga menjadi jembatan penghubung tiga kabupaten.
“Selain indah bahkan megah, jembatan Senowo kini menjadi penghubung antar kabupaten, yakni Magelang-Boyolali-Semarang dan mampu mendorong perekonomian setempat,” ujarnya, Rabu (10/8).
Yudo menambahkan, dampak jembatan Senowo yang menjadi dua lajur itu banyak, selain memperlancar perekonomian masyarakat karena mereka lebih mudah mengangkut hasil pertanian, ada pasar desa dekat jembatan yang berkembang, juga memperlancar evakuasi.
“Desa Dukun jaraknya 12 kilometer dari puncak Merapi, karena di atas ada beberapa desa, sehingga jembatan itu sangat vital sebagai jalur evakuasi saat terjadi erupsi gunung Merapi,” tuturnya.
Sementara itu, Kepala Pasar Desa Dukun, Yazid Aiman menambahkan, pasar yang dikelola merupakan aset desa yang sebelumnya hanya mampu memberi pendapatan asli desa (PAD) Rp12 juta per bulan, kini meningkat menjadi Rp 20 juta per bulan. Sedangkan lokasi pasar desa itu hanya 300 meter dari pasar milik kabupaten.
“Iya, khususnya untuk pasar sangat berpengaruh. PAD yang awalnya Rp 12 juta per bulan meningkat menjadi Rp 20 juta per bulan itu dari retribusi,” ujarnya.
Senada, seorang pedagang di Pasar Desa Dukun, Genduk juga mengakui kini omzetnya meningkat karena pelanggan bertambah.
“Banyak yang lewat jadi banyak pembeli. Kalau dulu Rp400 ribu per hari, sekarang bisa dapat Rp700 ribu per hari. Kalau puasa malah sampai Rp1 juta per hari,” tandas pedagang nasi rames itu.