DPRD Jateng Dorong Pemberdayaan Kesenian Tradisional Pemalang

PEMALANG[Berlianmedia] – Kesenian tradisional di Kabupaten Pemalang mulai bangkit dan sejumlah dalang mulai kebanjiran job tanggapan, setelah terhenti tak terdengar pementasannya dua tahun lebih akibat pandemi.

Pementasan wayang golek merupakan kesenian tradisional yang masih sangat populer di Kabupaten Pemalang dan tergolong paling laris dan masih diminati masyarakat di daerah itu dan sekitarnya.

DPRD Jateng akan terus berupaya menjaga kelestarian kesenian daerah, dan kearifan lokal warisan leluhur ini, bahkan akan mendorong lebih berkembang, setelah pemerintah kembali memberikan kelonggaran untuk pementasan para seniman.

Dorongan itu diwujudkan DPRD Jateng dengan menghelat pagelaran wayang golek Santri untuk membangkitkan kembali semangat aktivitas para seniman, setelah sebelumnya dua tahun lebih mereka terhenti total akibat pandemi Covid-19.

Anggota Komisi B DPRD Jateng H Sofwan Sumadi mengatakan DPRD Jateng akan mendorong pemberdayaan para seniman untuk terus berkembang dengan menggelar pertunjukan kesenian tradisional, sebagai upaya untuk menjaga dan melestarikan serta mengembangkan warisan leluhur itu.

DPRD Jateng, tutur Sofwan, berupaya ikutserta melestarikan budaya bangsa, termasuk memperdayakan para seniman untuk dapat menggelarkan pertunjukan berbagai kesenian tradisional.

“Di Pemalang terdapat berbagai kesenian tradisional, seperti tari kuda luping, jengger, angklung, wayang golek dan lainnya. Kenenian tradisional ini akan kita perbadayakan agar dapat berkembang,” ujarnya dalam Dialog Laras Budaya yang mengusung tema Pagelaran Wayang Golek Santri, di Jalan Urip Sumoharjo, Pelutan, Kecamatan Pemalang, Kabupaten Pemalang, Rabu malam (24/8).

Dialog yang dipandu moderator oleh Dendi Ganda dari Trijaya FM Semarang itu, selain menghadirkan Anggota Komisi B DPRD Jateng H Sofwan Sumadi juga nara sumber Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Pemalang Andi Rustono.

Menurut Sofwan, DPRD Jateng sangat peduli terhadap kesenian tradisional daerah, hingga para seniman akan terus didorong agar lebih berkembang ke depan dan tidak tergerus oleh seni budaya lain, atau semakin punah.

Selain itu, lanjutnya, DPRD Jateng juga berupaya untuk ikut melestarikan dengan mengajak semua pihak, terutama para seniman muda untuk terus ‘nguri-uri’ kesenian tradisional dan menjaga kelestarian budaya daerah yang merupakan warisan leluhur.

Sofwan menjajikan akan ikut membantu memperjuangkan seniman mendapat bantuan, tentunya tidak semua sanggar seni mendapatkan, melainkan bagi mereka yang sudah memenuhi persyaratan, terutama memperoleh surat ijin rekemondasi dari instansi terkait atau Dewan Kesenian setempat.

Kegiatan pertunjukkan kesenian di daerah, tutur Sofwan, akan mendapat bantuan anggaran jika sanggar kesenian sudah terdaftar dan memperoleh ijin rekomendasi dari instansi terkait maupun Dewan Kesenian stempat.

“Kami akan ikut membantu para seniman mendapat bantuan, termasuk peralatan kesenian, seperti gamelan dari perunggu, kostum dan lainnya yang dibutuhkan,” tutur Sofwan.

Pegelaran wayang golek santri dipilih untuk pepentasan itu, agar dapat memberikan pesan-pesan moral atau berdakwah, mengingat dakwah tidak hanya harus dilakukan di masjid dan musola, tetapi juga dapat digelar dimana saja dengan menggandeng para seniman.

Senada Ketua Dewan Kesenian Kabupaten Pemalang Andi Rustono menuturkan sangat mengapresiasi langkah DPRD Jateng yang terus mendorong dan memperdayakan para seniman tetap berkreasi serta ikut melestarikan kesenian tradisional  dengan menggelar pementasan wayang golek santri.

Di wilayah Kabupaten Pemalang, tutur Andi, terdapat banyak seniman yang memiliki kreasi sangat positif, bahkan pertunjukkan kesenian kuntulan, kuda lumping dan wayang golek hingga saat ini masih sangat diminati, meski dua tahun lebih aktivitas mereka sempat tersendat akibat pandemi.

Dia menambahkan untuk Pemalangan, selama sebelum pandemi ada 4 khas kesenian daerah di ataranya kangkreng, kuntulan, kuda lumping dan lainnya. Namun selama pandemi kesenian kuntulan perlahan punah akibat para personil beralih bekerja di bidang lain.

“Bahkan Dewan Kesenian Pemalang mencatat kesenian kuda lumping sebelumnya pandemi terdapat 30 kelompok, namun pada pasca pandemi mereka kembali bangkit hingga saat ini berkembang menjadi 50 kelompok seni kuda lumping,” tutur Andi.

Menurutnya, semua sudah terdaftar dan kembali berkreasi, meski belum banyak tanggapan, mereka memberanikan diri tampil ngamen dari lapangan ke lapangan.

“Selama pandemi tidak ada kata seniman tradisional mati karena Covid-19, namun mereka ketakutan karena kelaparan,” ujarnya.

Setelah dialog itu, pagelaran wayang golek dengan menampilkan dalang Ki Suritno mulai digelar dengan mengambil lakon Pemalang Komplang yang konon ceritanya menimbulkan kegegeran Pemalang jaman dulu kala.

Menurut Ki Suritno yang dikenal dengan julukan sebagai dalang nekat itu, Pemalang Komplang yang menceritakan seorang lurah asal Tegal diminta gurunya mencuri senjata ampuh Gading Kencono, milik Kadipaten Pemalang.

Dengan kributan itu, lanjtnya, Kadipaten Pemalang geger dan Kadipati menyuruh lurah untuk menncari pencurinya hingga pusaka Gading Kencana bisa kembali.

Di jeda pertunjukkan Wayang Golek Santri itu, juga ditampilkan tari jaipong dan jengger yang dimainkan para seniman cantik dari Pemalang. Dengan lincahnya dan luwes penari jaipong itu cukup memukau para penonton yang hadir.

Mari Berbagi:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *