DPRD Dorong Pemberdayaan Ekonomi Era Digital
SURAKARTA[Berlianmedia] – Era digital merupakan masa di mana aktivitas masyarakat hingga informasi disebarluaskan dengan menggunakan teknologi digital.
Memang tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan era digital saat ini memberikan pengaruh yang cukup besar, karena segala sesuatu bisa menjadi lebih praktis.
Wakil Ketua DPRD Jateng Ferry Wawan Cahyono mengatakan di era revolusi industri dan komunikasi saat ini optimis bahwa perubahan perilaku masyarakat di era digital ini dapat menjadi peluang ekonomi baru.
“Ini momentum yang sangat spesial di mana dari sisi teknologi dan lingkungan secara global pun, ekonomi digital ini berkembang dengan sangat cepat,” ujar Ferry dalam dialong yang mengusung tema “Aspirasi Jateng: Optimalisasi Media Sosial dalam Pemberdayaan Ekonomi” yang disiarkan langsung oleh Stasiun TATV Surakarta, Selasa (13/9).
Dialog itu, juga menhadirkan nara sumber dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Dr Mulyanto dan Kepala Bidang E-Goverment Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Jateng Iswahyudi.
Menurut Ferry, saat ini hampir semua masyarakat sudah mengunakan alat komunikasi pinter atau gadget itu. Tidak terbatas usia, dari anak-anak sampai orang tua. Semua masyarakat bisa memanfaatkan kecanggihan itu baik dalam berinteraksi maupun bertransaksi.
“Jempol ini dengan sekali klik, bisa mengakses segala macam informasi. Bertransaksi pun tinggal diam, orang bisa mendapatkan apa yang dibutuhkan. Inilah fenomena era 4.0, bahkan kini bersiap mulai memasuki 5.0. Maka orang pun harus berubah perilaku,” tutur Ferry.
Era digital saat ini, tutur Ferry, mendorong banyaknya ide kreatif yang diberikan oleh anak muda untuk menciptakan sebuah inovasi baru. Maka tidak heran apabila ada begitu banyak perusahaan yang dipimpin oleh anak muda atau generasi milenial.
Banyaknya perusahaan yang kini sudah mengikuti perkembangan era digital membuat masyarakat di sekitar menjadi lebih mudah dan efisien.
Fenomena tersebut memang bukanlah sebuah pilihan dan tidak lagi bisa dihindarkan. Tentunya, selain ada peluang juga pasti ada hambatan. Menyikapi hal tersebut, Ferry menitikberatkan pada persoalan Sumber Daya Manusia.
“Salah satu kesempatan dan kelebihan yang kita punya adalah penduduk kita benar-benar muda. Itu artinya, mereka bisa sangat cepat menyesuaikan diri ke ekonomi digital ini. Tetapi, talent kita kurang. Itu harus kita cari solusinya, misal dengan mendorong persoalan pendidikannya,” ujarnya.
Ferry menambahkan dengan perkembangan masyarakat sudah mulai menggunakan media sosial, DPRD mendorong supaya ada peningkatan pertumbuhan ekonomi. Sektor UMKM dan ekonomi kreatif harus mendapatkan porsi lebih dari pemerintah.
“Karena itu, DPRD meminta kepada Pemprov Jateng supaya seluruh wilayah bisa terakses internet. Mendorong terwujudnya desa digital. Di masing-masing desa harus ada ada spot center digital untuk kegiatan ekonomi kreatif. Ketiga Mendorong literasi dunia digital,” tuturnya.
Kominfo dan Dinas Koperasi dapat terus menggelar pelatihan bagi pelaku UMKM dan ekonomi kreatif, baik dibidang marketing digital, bertransaksi dengan dunia digital.
Sementara itu dosen Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Dr Mulyanto menuturkan sebuah produk sekarang ini mudah ditawarkan. Mancari segala apa pun mudah. Marketplace mulai menggeser pasar konvensional. Oleh seorang pemasar pun, tinggal mengoptimalkan produknya supaya bisa menambah nilai jual.
Menurutnya, dengan kemudahaan mengakses pemasaran maka ada tiga kunci yang harus dilakukan. Pertama dari kesungguhan dari pribadi seorang produsen untuk mengoptimalkan pemasarannya. Kedua dorongan pemerintah dalam memberikan pelatihan serta kemudahaan akses terutama pemasaran. Ketiga adalah pembangunan, dalam hal ini sarana prasarana jaringan internet.
“Sekarang dengan hanya buat video, narasi, produk bisa ditawarkan selama 24 jam. Branding produk harus gencar dilakukan. Sasaran pemasaran pun juga harus jelas,” ujarnya.
Kepala Bidang E-Goverment Dinas Komunikasi dan Informasi (Diskominfo) Jateng Iswahyudi mengatakan sebenarnya masyarakat Jateng sudah melek media sosial. Terbukti data dari Asosiasi Penyedia Jasa Internet (APJI) menyebutkan 76% warga Jateng sudah menggunakan internet. Dari persentase itu 88 % sudah “bermain”media sosial.
“Dengan demikian, 8 dari 10 orang di Jateng sudah melek media. Tinggal pemerintah untuk mengoptimalkan jaringan internet. Tercatat sampai sekarang ini masih ada 800 lokasi di Jateng masih blank spot. Harapannya ke depan lokasi itu bisa masuk jaringan internet,” tuturnya. (rs)